Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Melihat di Malam Hari, Ini yang Sebenarnya Terjadi pada Tikus

Kompas.com - 18/09/2018, 11:56 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Banyak hewan perlu menyesuaikan mata di malam hari untuk menghadapi sejumlah situasi, entah berburu atau waspada terhadap hewan nokturnal yang mengincar. Kemampuan mata untuk melihat di malam hari itu disebabkan oleh retina mata yang berubah, sehingga bisa menangkap cahaya rendah.

Temuan yang dilaporkan ahli dari Universitas Duke di jurnal Neuron menunjukkan bahwa bagian retina yang berubah adalah sel-sel yang sensitif terhadap gerakan. Ada empat jenis sel yang peka terhadap gerakan, masing-masing secara khusus responsif terhadap gerakan naik, turun, kanan, atau kiri.

Greg Field, asisten profesor neurobiologi dari Duke University mengatakan, neuron manusia menyumbang sekitar 4 persen sel yang mengirim sinyal dari retina ke otak. Sementara pada hewan pengerat ada sekitar 20 hingga 30 persen sel yang berperan dalam pengindraan di malam hari.

Baca juga: Punya 8 Mata, Inilah Warna yang Bisa Dilihat Laba-laba

Menurut Field, lebih banyak sel yang terlibat dalam penglihatan tikus membuatnya lebih sensitif terhadap gerakan terutama untuk menghindari predator nokturnal.

Sel mata yang dimilikinya berlapis-lapis dan ada di belakang bola mata sebagai bagian vital untuk pengelihatan. Belum diketahui apakah sensitivitas ini berlaku sama untuk manusia atau hewan lain. Tetapi memahami kekhasan semacam ini sangat penting untuk mengembangkan prostetik retina sensitif.

"Salah satu hal yang ingin kami ketahui apakah prostetik bekerja dengan sangat baik untuk setiap gerak visual bebas dan pola-pola apa yang dihasilkan di otak? Jika Anda bisa menjawab pertanyaan tersebut, maka Anda tahu bagaimana menstimulasi retina secara elektrik untuk menghasilkan pola tersebut," kata Field dilansir Science Daily, Kamis (13/9/2018).

Rekan peneliti Field, Xiaoyang Yao telah mengamati sel-sel retina tikus yang sensitif terhadap gerakan mampu mengubah perilaku mereka dalam lingkungan rendah cahaya. Uji coba yang dilakukan di laboratorium ini menemukan bahwa neuron "atas" akan menyala saat mendeteksi suatu gerakan.

"Sampel kecil retina tikus ditempatkan pada susuan elektroda yang dapat mengukur penembakan ratusan neuron sekaligus dan kemudian kami memberikan sebuah film," jelas Field.

Ketika cahaya meredup, sinyal lemah gerak neuron ‘atas’ ditambah dengan sinyal lemah dari salah satu sel pengarah lainnya, membantu sensitivitas indera pergerakan otak, mirip dengan cara menafsirkan sinyal dua arah sebagai sebuah gerakan yang ada di antaranya.

Baca juga: Terdesak Manusia, Beberapa Mamalia Terpaksa Jadi Nokturnal

"Banyak hewan memilih untuk mencari makan di malam hari, mungkin karena lebih sulit bagi predator untuk melihat. Tapi tentu saja, alam adalah perlombaan senjata. Burung hantu dan kucing telah mengembangkan mata yang sangat khusus untuk melihat di malam hari. Mangsa telah mengubah apa yang mereka harus lakukan untuk bertahan hidup,” ujar Field.

Alasan yang belum terpecahkan, hanya mengapa sel "atas" yang bergerak begitu cepat dalam cahaya redup. Field menduga bahwa arah yang paling penting bagi hewan adalah untuk menemukan predator yang berada di atasnya. Tetapi pernyataan ini masih belum dapat dijadikan acuan, Field mengatakan ia belum memiliki data tentang hal ini.

Field mengatakan temuan tentang kemampuan adaptasi neuron retina dapat membantu desain prostetik retina implan di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com