Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Awal, Obat Glaukoma Berpotensi Jadi Obat Anti-obesitas

Kompas.com - 13/08/2018, 17:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Dengan meningkatnya ancaman obesitas di era modern ini, para pakar berlomba-lomba untuk menemukan “obat anti-obesitas”. Terbaru, para pakar melirik obat yang seharusnya digunakan untuk mengobati kondisi mata glaukoma.

Dalam sebuah studi baru, para peneliti dari Universitas Yale menemukan bahwa obat glaukoma bisa mengubah pintu di usus yang menentukan penyerapan lemak. Obat ini secara khusus meratakan pintu-pintu tersebut dan membatasi partikel lemak yang bisa masuk.

Ceritanya, para peneliti menemukan dua gen kunci di dalam sel usus tikus yang ketika dibuang membuat sel-sel usus menutup. Kondisi ini membuat tikus-tikus tidak mengalami kenaikan berat badan, walaupun diberi makan makanan yang tinggi lemak.

Baca juga: Dari Senyawa Cabai, Ilmuwan Bikin Obat Anti-Obesitas

Dr Feng Zhang, penulis utama laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Science mengatakan, kami membuat tikus yang makan lemak tidak bisa gendut.

“Lemak ini diserap oleh tubuh melalui portal saluran limfatik yang disebut lacteal... Pada tikus yang kami ciptakan, lacteal ini menjadi terkunci dan partikel lemak tidak bisa menembusnya. Lemak kemudian dibuang, bukan dibawa ke sistem sirkulasi, sehigga tikus tidak mengalami kenaikan berat badan, walaupun diberi makanan tinggi lemak,” katanya.

Zhang dan kolega pun mencari tahu obat apa yang bisa menyebabkan kondisi serupa. Obat tersebut juga harus sudah bisa digunakan oleh manusia.

Pilihan mereka jatuh pada inhibitor rho kinase (Rock) yang sebetulnya digunakan untuk melangkal efek tekanan pada saraf optik pasien glaukoma yang bisa menyebabkan kebutaan.

Baca juga: Teknik Baru Tangkal Obesitas, Mengubah Lemak Jelek Jadi Lemak Bagus

Ketika disuntikkan pada tikus, inhibitor ini merilekskan tekanan cytoskeletal atau pendukung internal sel dan menyebabkan perubahan lacteal dari terbuka menjadi tertutup.

Melihat hasil yang menjanjikan pada tikus, para peneliti pun berharap agar obat ini bisa diujikan efeknya terhadap penyerapan lemak pada manusia.

Pasalnya, para pakar seperti Professor Donald McDonald dari Universitas California mengkhawatirkan efek samping dari penggunaan obat ini untuk menutup lacteal, misalnya menghalangi penyerapan nutrisi-nutrisi penting yang terdapat pada lemak, atau bahkan menghalangi pembuangan cairan.

Akan tetapi, dia juga berkata bahwa temuan ini membuka kemungkinan baru untuk menginvestigasi cara tubuh meregulasikan berat badan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau