KOMPAS.com - Lemak sering dianggap permasalahan utama dari masalah kelebihan berat badan. Maka, setiap orang berlomba-lomba mengurangi lemak dalam tubuh mereka.
Baru-baru ini, para peneliti dari Nanyang Technological membuat koyo perut baru yang dapat mengurangi pertambahan berat badan dan massa lemak. Tak tanggung-tanggung, dalam penelitian tersebut masa lemak yang dikurangi lebih dari 30 persen selama 4 minggu.
Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Small Methods ini, para peneliti membuat koyo yang berisi ratusan jarum mikro yang lebih tipis dari rambut manusia. Tak hanya jarum, koyo tersebut juga berisi obat penurunan berat badan.
Pada percobaan dengan tikus, koyo ini menunjukkan perubahan yang signifikan untuk pengobatan obesitas. Harapan para peneliti dapat mengembangkan program hemat biaya ini untuk manusia.
Baca juga: Benarkah Buah Ceri Bisa Cegah Obesitas?
Obat-obatan tersebut bekerja dengan menghancurkan lemak putih di bawah kulit, kemudian mengubahnya menjadi lemak coklat yang membakar energi.
Profesor Chen Peng dan Asisten Profesor Xu Chenjie yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa pendekatan ini dapat membantu mengatasi obesitas.
"Dengan jarum kecil yang tertanam di kulit tikus, lemak di sekitarnya mulai menjadi coklat dalam lima hari, yang meningkatkan penegluaran energi pada tikus, yang menyebabkan penurunan lemak tubuh," ujar Asisten Profesor Xu dikutip dari The Independent, Sabtu (30/12/2017).
"Jumlah obat yang kami gunakan dalam koyo ini jauh lebih sedikit daripada yang digunakan dalam pengobatan oral atau dosis suntikan. Ini menurunkan biaya bahan obat sementara desain slow release kami meminimalkan efek sampingnya," sambungnya.
Profesor Chen juga menjelaskan bahwa tujuannya adalah menggunakan lemak tubuh seseorang untuk membakar lebih banyak energi. Tikus uanh diuji juga memiliki kadar kolesterol darah dan asam lemak yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan tikus yang tidak diobati.
"Apa yang ingin kami kembangkan adalah koyo tanpa rasa sakit yang dapat digunakan setiap orang dengan mudah, tidak mengganggu, dan terjangkau," kata Prof Chen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.