KOMPAS.com - Pernahkah Anda bertanya siapa nenek moyang orang-orang yang hidup di Asia temggara?
Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang paling beragam secara genetik di dunia. Keunikan inilah yang pada akhirnya justru membuka perdebatan tak berujung di kalangan para ilmuwan.
Baca juga: Nenek Moyang Manusia Berjalan dengan Dua Kaki 7 Juta Tahun Lalu
Lebih dari 100 tahun, mereka belum bisa memecahkan siapakah sesungguhnya moyang orang-orang Asia Tenggara ini.
Sebuah teori yang terlontar menyebut jika moyang kita adalah masyarakt kuno berburu-meramu yang disebut dengan Hòabìnhian. Mereka berdiam di Asia Tenggara selama 40.000 tahun.
Tapi kemudian ada yang menarik yang terjadi. Saat masa masa berburu meramu beralih menjadi menjadi masa masyarakat bercocok tanam, masyarakat prasejarah ini menghilang.
Anehnya, tidak pernah diketahui bagaimana mereka lenyap dari muka Bumi ini.
Apakah Hòabìnhian bisa beradaptasi dengan cara hidup yang baru sebagai masyarakat bercocok tanam ataukah tergeser oleh keberadaan populasi lain.
Sebagai catatan pada masa itu terjadi migrasi petani besar-besaran dari Asia timur.
Baca juga: Jejak DNA, Petani Pertama Asia Tenggara adalah Migran China
Sehingga kedatangan para petani ini memunculkan teori baru lain yang dikenal dengan 'two-layer model'.
Teori tersebut memandang jika kedatangan petani dari Asia timur ini menggantikan masyarat kuno Hòabìnhia.
Namun kedua hipotesis tersebut nampaknya belum seluruhnya benar mengungkap asal-usul orang Asia Tenggara.
Hingga sebuah penelitian internasional baru-baru ini berhasil mengungkap fakta baru.
"Kami meneliti kerangka manusia purba mulai dari masa Hòabìnhian hidup hingga Zaman Besi. Dan kami menemukan jika populasi Asia Tenggara saat ini berasal dari setidaknya empat populasi kuno," jelas Fernando Racimo, peneliti genetika kuno dari University of Copenhagen, Denmark dikutip dari Science Alert, Selasa (10/07/2018).
"Ini merupakan bentuk yang jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya," tambahnya.
Baca juga: Ilmuwan Petakan DNA dari 3.000 Bakteri Berbahaya, Untuk Apa?
Untuk penyelidikan mereka, peneliti mengekstraksi DNA dari sisa kerangka manusia purba berusia mulai 8000 tahun yang terdapat di Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Indonesia, Laos dan Jepang.