Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Leluhur Orang Asia Tenggara? Tes DNA Manusia Purba Menjawabnya

Kompas.com - 11/07/2018, 21:05 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah Anda bertanya siapa nenek moyang orang-orang yang hidup di Asia temggara?

Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang paling beragam secara genetik di dunia. Keunikan inilah yang pada akhirnya justru membuka perdebatan tak berujung di kalangan para ilmuwan.

Baca juga: Nenek Moyang Manusia Berjalan dengan Dua Kaki 7 Juta Tahun Lalu

Lebih dari 100 tahun, mereka belum bisa memecahkan siapakah sesungguhnya moyang orang-orang Asia Tenggara ini.

Sebuah teori yang terlontar menyebut jika moyang kita adalah masyarakt kuno berburu-meramu yang disebut dengan Hòabìnhian. Mereka berdiam di Asia Tenggara selama 40.000 tahun.

Tapi kemudian ada yang menarik yang terjadi. Saat masa masa berburu meramu beralih menjadi menjadi masa masyarakat bercocok tanam, masyarakat prasejarah ini menghilang.

Anehnya, tidak pernah diketahui bagaimana mereka lenyap dari muka Bumi ini.

Apakah Hòabìnhian bisa beradaptasi dengan cara hidup yang baru sebagai masyarakat bercocok tanam ataukah tergeser oleh keberadaan populasi lain.

Sebagai catatan pada masa itu terjadi migrasi petani besar-besaran dari Asia timur.

Baca juga: Jejak DNA, Petani Pertama Asia Tenggara adalah Migran China

Dua Hipotesis

Sehingga kedatangan para petani ini memunculkan teori baru lain yang dikenal dengan 'two-layer model'.

Teori tersebut memandang jika kedatangan petani dari Asia timur ini menggantikan masyarat kuno Hòabìnhia.

Namun kedua hipotesis tersebut nampaknya belum seluruhnya benar mengungkap asal-usul orang Asia Tenggara.

Hingga sebuah penelitian internasional baru-baru ini berhasil mengungkap fakta baru.

"Kami meneliti kerangka manusia purba mulai dari masa Hòabìnhian hidup hingga Zaman Besi. Dan kami menemukan jika populasi Asia Tenggara saat ini berasal dari setidaknya empat populasi kuno," jelas Fernando Racimo, peneliti genetika kuno dari University of Copenhagen, Denmark dikutip dari Science Alert, Selasa (10/07/2018).

"Ini merupakan bentuk yang jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya," tambahnya.

Baca juga: Ilmuwan Petakan DNA dari 3.000 Bakteri Berbahaya, Untuk Apa?

Untuk penyelidikan mereka, peneliti mengekstraksi DNA dari sisa kerangka manusia purba berusia mulai 8000 tahun yang terdapat di Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Indonesia, Laos dan Jepang.

Secara total, 26 urutan genom manusia purba berhasil dipelajari.

Hasilnya mengungkapkan jika pembentukan masa bercocok tanam serta catatan migrasi (keluar dan masuk) orang Asia tenggara lebih kaya daripada yang pernah ada sebelumnya.

Kesimpulan Kompleks

Mereka kemudian menyimpulkan jika tidak ada interpretasi yang sesuai dengan kompleksitas sejarah Asia Tenggara.

Baik masyarakat berburu-meramu dan juga petani Asia Timur berkontribusi terhadap keragaman Asia Tenggara saat ini.

Walapun belum sepenuhnya menjawab, tetapi hasil ini membantu menyelesaikan satu dari kontroversi yang berlangsung lama di prasejarah Asia Tenggara.

Selain itu, para ilmuwan harus berjibaku dengan iklim Asia Tenggara. Panas dan kelembaban Asia Tenggara menjadi salah satu lingkungan yang paling sulit untuk pegawetan DNA.

"Kami berusaha keras untuk mengambil DNA purba dari Asia Tenggara tropis yang dapat memberikan petunjuk baru," jelas pimpinan ahli genetika evolusioner, Eske Willerslev dari University of Cambridge di Inggris dikutip dari Science Daily, Jumat (06/07/2018).

"Fakta bahwa kami dapat memperoleh 26 genom manusia dan menjelaskan kekayaan genetik luar biasa dari kelompok-kelompok di wilayah ini tentu sangat luar biasa," sambungnya.

Studi ini dipublikasikan di Science.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau