Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mirip Mars, di Wilayah Ini Peneliti Temukan Kehidupan

Kompas.com - 28/02/2018, 16:36 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Siapa sangka, ada tempat yang mirip dengan planet Mars di bumi. Tempat tersebut terletak di sepanjang pantai barat Amerika Selatan, yaitu sebuah padang pasir yang sangat luas dan mirip "neraka" di bumi.

Kemiripian wilayah yang kring dan panas ini membuat para ilmuwan menyebutnya sebagai tempat paling mirip planet Mars di bumi.

Tempat tersebut adalah Gurun Atacama di Chile. Saking keringnya gurun ini, bahkan hujan tidak turun di wilayah tersebut selama beberapa dekade atau abad.

Itu pulalah yang membuat padang luas tersebut tidak bisa dihuni manusia, mirip dengan planet Mars.

Baca juga: Benarkah Bantuan Elon Musk akan Jadi Kunci Pendaratan Manusia di Mars?

Namun, para ilmuwan baru saja membuat penemuan besar di gurun paling kering di dunia tersebut.

Untuk pertama kalinya, para peneliti mengamati kehidupan mikroba yang tinggi di area Atacama yang sangat kering. Hasilnya menunjukkan bahwa di lingkungan berdebu dan sangat panas tersebut ada kehidupan mikroba, meski ini bertentangan dengan segala aturan ekosistem.

Temuan ini, memunculkan harapan baru untuk menemukan kehidupan di planet merah.

"Saya selalu terpesona untuk pergi ke tempat di mana orang tidak berpikir ada sesuatu yang bisa bertahan dan mengetahui bahwa hal itu menemukan cara untuk bertahan hidup," ungkap Dirk Sculze-Makuch, seorang ahli planet dari Washington State University, AS dikutip dari Science Alert, Selasa (27/02/2018).

"Jika ada makhluk yang bisa bertahan di lingkungan terkering di bumi, maka kemungkinan besar ada pula di Mars yang bertahan hidup dengan cara yang sama," sambungnya.

Sebenarnya, penemuan mikroba di Gurun Atacama ini bukanlah yang pertama. Penelitian sebelumnya juga telah menemukan bahwa setiap kehidupan yang ditemukan di tanah berpasir bisa menjadi "sisa-sisa sel yang mati atau sekarat dan diakumulasikan oleh proses atmosfer".

Sedangka dalam penelitian kali ini, para peneliti menemukan bukti aktual bahwa mikroba yang mereka amati melakukan metabolisme aktif yang berkembang (setidaknya bertahan) di tanah.

Namun, temuan hebat biasanya bergantung pada keberuntungan yang lebih besar.

Hal itulah yang dialami oleh Schulze-Makuch dan koleganya. Sesaat setelah mereka tiba di gurun tersebut pada 2015, hujan deras turun di sana.

Ini merupakan sebuah fenomena yang sangat langka dan menghasilkan curah hujan terbesar di kawasan tersebut. Pasalnya, rekaman resmi memperlihatkan bahwa hujan turun terakhir kali di gurun tersebut sekitar 40 tahun silam.

Hujan besar di gurun kering ini segera membuat banjir besar.

Baca juga: Pernah Punya Lautan, NASA Selidiki Alasan Mars Kini Jadi Gurun

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau