KOMPAS.com - Wahana antariksa Opportunity berhasil menangkap citra kawah Persevarence di Mars pada 4 Januari 2018. Dari gambar yang terekam, terungkap adanya batuan di kawah yang serupa dengan batuan di puncak gunung di Hawai.
Wahana Opportunity menemukan batuan tersebut setelah menyusuri lereng kawah hingga kedalaman 600 kaki atau 183 meter. Batuan dan kerikil yang ada di sana tertata rapi, seperti yang umum dilihat sebagai “rock-stripes” di pegunungan yang ada di Bumi.
Para ilmuwan menduga, susunan batu yang demikian terjadi akibat tanah basah yang mengalami siklus membeku dan mencair selama bertahun-tahun.
Lembah Perseverance diprediksi terbentuk sejak ratusan ribu tahun yang lalu akibat proses alam yang melibatkan air, es, dan angin. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menilai, tiga komponen itulah yang membuat kawah Perseverance menjadi khas, tidak seperti tempat lain di Mars.
Deretan batuan yang ada di Lembah Perseverance mengingatkan peneliti dengan susunan batuan di puncak gunung berapi Mauna Kea di Hawai. Batuan di gunung ini tercipta akibat proses tanah lembek yang mengeras selama semalaman.
Tanah yang sudah padat itu lalu hancur menjadi batuan besar. Pada pagi hari, angin dan gravitasi mendorong potongan batuan tersebut hingga menempati posisi yang teratur. Proses ini terus berulang ribuan kali hingga membentuk pola batuan yang menapak di tanah.
“Lembah Perseverance merupakan tempat yang berharga,” sebut Ray Arvidson, Deputi Investigator Opportunity dari Universitas Washington di St.Louis seperti yang dilansir dari Live Science pada Senin (19/2/2018).
Baca juga : NASA Pulangkan Kepingan Batu Purba ke Mars, Apa Misinya?
Arvidson dan ilmuwan lain telah menebak bahwa lembah tersebut berbeda dengan tempat lain yang pernah ditemukan sebelumnya oleh wahana antariksa Mars. Para peneliti akan menelaah potret yang terabadikan sebagai bahan untuk mengetahui lebih lanjut tentang kawah dan batuan di sana.
“Kendati kita belum tahu bagaimana terbentuknya dan sekarang kita menyaksikan permukaannya yang seperti garis-garis batu, ini sangat misterius, sangat menarik,” ujar Ray menambahkan.
Kemiringan ekuator Mars terhadap orbitnya yang tidak menentu menjadi dugaan sementara para peneliti untuk menjawab fenomena pola batuan ini.
Di kutub Mars, air membeku menjadi es. Namun akan menguap ke atmosfer lalu berubah menjadi salju atau embun padat di ekuator. Proses itu disebabkan perubahan kemiringan ekuator.
“Kemungkinan, deretan batuan ini merupakan dampak dari pergeseran kemiringan itu. Bongkahan salju di pinggir lembah meleleh secara berkala. Tanah menjadi lembab di pagi hari karena proses pencairan tersebut. Pada malam hari, tanah kembali memadat lalu meninggalkan jejak pola batuan tersebut,” jelas Arvidson.
Baca juga : Temuan Terbaru, Cacing Tanah Bisa Hidup di Tanah Mars
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.