Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Matahari Mendingin, Apa yang Terjadi Pada Bumi?

Kompas.com - 09/02/2018, 20:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber NASA, FOX NEWS

KOMPAS.com — Pernahkah Anda membayangkan jika matahari meredup atau mendingin? Mungkin akan sulit membayangkan matahari menjadi "dingin".

Namun, inilah prediksi para ilmuwan dunia. Pada 2050, matahari diperkirakan akan sangat dingin.

Fenomena ini diberi istilah "grand minimum", yaitu titik yang sangat rendah dalam siklus 11 tahun matahari yang stabil.

Dalam laporan di laman resmi NASA pada 2017, setiap 11 tahun atau lebih, bintik matahari akan memudar dan membawa masa yang lebih tenang. Bintik matahari sendiri diketahui adalah titik hitam di matahari (dapat dilihat dari teleskop yang diberi lapisan) yang memiliki sifat magnetis.

Baca juga: Sinar Matahari Membuat Kita Lebih Sulit Gemuk, Kok Bisa?

Selama siklus ini, aktivitas matahari akan meningkat kemudian masuk dalam fase "istirahat".

Pada titik puncaknya, fusi nuklir pada kekuatan inti matahari memaksa putaran gelombang magnetik menjadi lebih tinggi ke atmosfernya. Hal ini akan mengeluarkan lebih banyak radiasi ultraviolet dan menghasilkan lidah api dan bintik matahari.

Sebaliknya, saat "grand minimum" nanti, permukaan matahari akan menjadi lebih tenang. Saat ini terjadi, matahari akan mengeluarkan lebih sedikit radiasi ultraviolet.

Saat ini, para ilmuwan sedang berusaha membuktikan adanya siklus yang lebih besar di tengah siklus ini. Untuk itu, mereka menjelajahi sejarah dan mempelajari langit.

Menurut Sejarah

Saat menjelajahi sejarah, para ilmuwan dihadapkan pada fakta satu periode yang sangat dingin pada abad ke-17. Fakta ini memandu penelitian mereka.

Salah satu waktu saat dingin menggigit terjadi antara tahun 1645 hingga 1715. Periode ini disebut dengan "Maunder Minimum".

Pada periode tersebut, Sungai Thames di Inggris membeku. Bahkan, Laut Baltik tertutup es yang begitu tebal dan dimanfaatkan oleh tentara Swedia untuk menyerang Denmark pada 1658.

Anehnya, pendinginan ini tidak seragam. Pola cuaca yang terekam justru menyimpang, saat itu Alaska dan Greenland malah menghangat.

Baca juga: Teknologi Baru Ungkap Kerusakan Mata akibat Gerhana Matahari

Laporan tersebut kemudian digabungkan dengan data selama 20 tahun yang dikumpulkan oleh misi satelit International Ultraviolet Explorer. Tak hanya itu, pengamatan pada bintang terdekat yang serupa matahari juga dilakukan untuk mendukung pengamatan mereka.

Sekarang, ahli fisika Dan Lubin dari University of California, San Diego, menghitung dan memperkirakan berapa banyak sinar matahari yang mendingin ketika "grand minimum" kembali terjadi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau