Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama, Lumba-lumba Ditemukan Tewas Akibat Tersedak Mangsanya

Kompas.com - 17/01/2018, 20:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Tersedak sepertinya bukan insiden yang hanya dialami manusia saja. Setelah sebelumnya ditemukan hiu yang tersedak ikan buntal, kali ini ditemukan lumba-lumba yang tersedak gurita.

Lumba-lumba hidung botol tersebut meninggal akibat sesak napas setelah tersedak oleh gurita, ungkap sebuah penelitian. Mungkin ini adalah temuan pertama dari lumba-lumba yang tersedak gurita.

"(Lumba-lumba itu) tampaknya sangat serakah dan berpikir, 'Anda tahu, saya akan menelannya secara keseluruhan," ujar Nahiid Stephens, pemimpin penelitian ini dikutip dari National Geographic, Selasa (16/01/2018).

Lumba-lumba jantan itu ditemukan di pantai yang berjarak 2 jam perjalanan sebelah selatan kota Perth, Australia pada Agustus 2015. Setelah ditemukan, lumba-lumba ini dibawa ke laboratorium milik Stephens untuk autopsi.

Baca juga: Inilah Hiu Paling Sial di Dunia, Mati karena Tersedak Mangsanya

Saat itu, potongan gurita Maori masih menggantung di mulutnya.

Dalam pengamatan sebelumnya, lumba-lumba biasanya membunuh gurita mangsanya lebih dulu sebelum memakannya. Dari hal itu, Stephens merasa melakukan autopsi untuk melihat apa yang salah dengan lumba-lumba jantan itu.

Apalagi, saat ditemukan, lumba-lumba dalam kondisi yang sangat luar biasa. Untuk mengautopsi lumba-lumba ini, Stephens harus mengeluarkan gurita Maori itu lebih dulu.

"Itu benar-benar gurita yang besar, saya terus menariknya dan berpikir,'Ya Tuhan! Itu masih panjang'," ungkap perempuan yang berprofesi sebagai ahli patologi di Murdoch University di Perth, Australia tersebut.

Stephens juga menyebut bahwa gurita yang menyedak lumba-luma tersebut memiliki panjang tentakel hingga 128 sentimeter.

Hasil autopsi yang dipublikasikan dalam jurnal Marine Mammal Science tersebut menjelaskan bahwa masalah yang dialami oleh lumba-lumba tersebut saat menelan mangsanya.

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa lumba-lumba dapat melepaskan epiglotis untuk membuka tenggorokan mereka dan menelan potongan makanan yang besar. Epiglotis merupakan sebuah lipatan jaringan yang menghubungkan laring (kotak suara) dengan lubang pernapasan.

Stephens mengatakan bahwa gurita seberat 2 kilogram tersebut tampaknya telah mencengkeram laring lumba-lumba tersebut dengan tentakelnya. Hal itulah yang membuat epiglotis lumba-luma tidak bisa terhubung kembali dan secara efektif membuatnya tercekik hingga mati.

Baca juga: Misterius, 88 Bangkai Lumba-lumba Terdampar di Brasil

"Gurita itu mungkin, secara teori, sudah meninggal, tapi alat pengisapnya masih berfungsi," kata Stephens.

Kate Sprogis, seorang peneliti di Murdoch University yang tek terlibat dalam penelitian ini menyebut bahwa gurita sebenarnya tak mudah di mangsa apalagi menelannya begitu saja.

Saat mempelajari populasi lumba-lumba di Bunbury, tempat lumba-lumba tersebut ditemukan tersedak, Sporgis mengamati bahwa spesies ini melemparkan gurita ke udara. Ini dilakukan oleh lumba-lumba agar hewan bertentakel itu lebih lunak dan terpotong menjadi bagian lebih kecil sehingga lebih mudah ditelan.

"Ini menuntut kerja keras dari lumba-lumba," kata Sprogis.

Setelah membuangnya ke udara, biasanya lumba-lumba masih harus menggigit kepala hewan lunak ini. Hal itu karena biasanya pertarungan keduanya masih jauh dari kata selesai, sebab tentakel gurita biasnaya masih aktif selama beberapa waktu.

Untuk kasus lumba-lumba yang tersedak itu, Sprogis mengatakan, "Jelas ia tak cukup hanya membuangnya, dan sedikit sombong untuk langsung menelannya."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com