Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MIrip Manusia, Paus dan Lumba-lumba Ternyata Juga Berbudaya

Kompas.com - 18/11/2017, 20:32 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com- Tanpa kita sadari, perilaku berbudaya manusia juga dilakukan oleh mamalia di laut, yaitu paus dan lumba-lumba. Namun, seperti apa kemiripannya?

Sama seperti manusia, paus dan lumba-lumba yang masuk dalam ordo cetacea  hidup berkelompok, memiliki hubungan sosial yang kompleks, dan berkomunikasi dengan dialek daerah. Peneliti mengaitkan kompleksitas budaya cetacea tersebut dengan ukuran dan perkembangan otak para mamalia laut tersebut.

Ilmuwan dari Universitas Manchester, Universitas British Columbia di Kanada, The London School of Economics and Political Science (LSE), dan Univesitas Stanford di Amerika Serikat bersama-sama melakukan studi tersebut. 

Tim mengumpulkan data dari 90 spesies lumba-lumba, paus, dan ikan pesut. Hasilnya, peneliti menemukan banyak bukti bahwa lumba-lumba (Cetacea) memiliki sifat perilaku sosial dan kooperatif yang mirip dengan budaya sosial manusia.

Baca juga: Fakta Lumba-lumba, Makin Besar Otaknya, Makin Supel

Proses tersebut menunjukkan bahwa karakteristik sosial dan budaya mamalia laut erat hubungannya dengan ukuran dan perluasan otaknya, yang sering disebut encephalisation.

Tim menggunakan perangkat data untuk menguji hipotesis sosial otak (SBH) dan hipotesis otak budaya (CBH). SBH dan CBH adalah teori evolusi yang awalnya dikembangkan untuk menjelaskan otak besar pada primata dan mamalia darat.

Akhirnya, mereka berpendapat bahwa otak besar merupakan respons evolusioner terhadap lingkungan sosial yang kompleks dan kaya informasi. Namun demikian, hipotesis ini baru pertama kali diterapkan pada mamalia laut 'pintar' dalam skala besar.

Penelitian yang diterbitkan di Nature Ecology & Evolution tersebut menyebutkan karakteristik unik lumba-lumba yang juga terjadi pada masyarakat manusia, di antaranya adalah:

  • Bekerja sama untuk saling menguntungkan (hubungan aliansi yang kompleks),
  • Mengajarkan cara berburu dan cara menggunakan alat,
  • Kerjasama tim,
  • Berkomunikasi berdasar ciri vokalisasi kompleks atau dialek daerah saat berkomunikasi dengan teman sekelompok,
  • Menggunakan panggilan dengan cara membunyikan suara khas,
  • Bekerja bersama dengan kelompok spesien lain,
  • Merawat hewan muda yang bukan keturunannya, serta
  • Melakukan permainan sosial.

Ahli biologi evolusioner di Sekolah Ilmu Bumi dan Lingkungan Manchester, Dr Susanne Shultz, mengatakan kemampuan manusia untuk berinteraksi dan membuat peradaban sosial, telah membuat manusia menjajah hampir di setiap ekosistem dan lingkungan di planet ini.

Kemampuan ini ternyata juga dimiliki oleh paus dan lumba-lumba, dengan otak yang sangat besar dan anatomis canggih yang mereka miliki.

Baca juga: Mengenal Ambergris yang Dimuntahkan Paus Sperma di Bengkulu

"Ini merupakan evolusi otak, struktur sosial, dan kekayaan perilaku mamalia laut. Memberikan pengertian adanya hubungan paralel yang unik dan mencolok dengan otak besar serta jiwa sosial pada manusia dan primata di darat," kata Shultz, serpti dikutip di Science Daily, Senin (16/11/2017).

Dia melanjutkan, sayangnya, mereka tidak akan pernah bisa meniru kota metropolitan dan teknologi hebat manusia karena tidak memiliki jari jari tangan.

Hal yang sama diungkapkan oleh Dr Michael Muthukrishna, Asisten Profesor Psikologi Ekonomi di LSE.

"Penelitian ini bukan hanya tentang melihat kecerdasan paus dan lumba-lumba, namun juga memiliki konsekuensi antropologi yang penting. Kita perlu memahami apa yang membuat manusia berbeda dengan hewan lain. Untuk melakukan ini, kita memerlukan kelompok kontrol selain primata, dan cetacea adalah kelompok yang bisa dipertimbangkan," kata Munthukhrisna.

Dr Kieran Fox, seorang ahli neurosains di Stanford University, menambahkan, mereka memiliki struktur otak yang berbeda dari kita sehingga beberapa peneliti berpendapat bahwa paus dan lumba-lumba tidak dapat mencapai kognitif dan keterampilan sosial yang lebih tinggi.

"Saya pikir penelitian kami menunjukkan bahwa ini jelas tidak demikian. Sebaliknya, sebuah pertanyaan baru muncul: Bagaimana pola struktur otak yang sangat beragam pada spesies yang sangat berbeda dapat menimbulkan perilaku kognitif dan sosial yang sangat mirip? " tutup Fox.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau