Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Merapi Erupsi, Surono: Tak Ada Letusan Susulan Sementara Waktu

Kompas.com - 04/03/2020, 08:07 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Selasa pagi (3/3/2020) sekitar pukul 5.22 WIB, gunung Merapi erupsi dan mengeluarkan awan panas.

Berdasarkan laporan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, letusan terjadi selama 450 detik.

Letusan ini melahirkan kolom abu setinggi 6.000 meter dari kawah gunung. Selain itu juga muncul awan panah ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak maksimal 2 kilometer.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menetapkan status Waspada untuk gunung Merapi sejak 21 Mei 2018.

Meski Merapi erupsi tiba-tiba kemarin pagi, ahli vulkanologi Surono mengatakan bahwa gunung Merapi akan berhenti meletus dalam sementara waktu ini.

Baca juga: Ini Daerah yang Terdampak Hujan Abu Akibat Erupsi Gunung Merapi

Dari fenomena erupsi Merapi yang terjadi kemarin, banyak masyarakat yang bertanya kenapa Merapi tiba-tiba erupsi.

Kepada Kompas.com, pakar yang akrab disapa Mbah Rono itu menjelaskan terlebih dahulu bahwa sejak Merapi meletus di tahun 2010, sifatnya telah berubah.

"Letusan tadi pagi tidak diawali konstruksi aktivitas vulkanik seperti sebelum letusan 2010. Adem ayem, tiba-tiba meletus. Nah, itulah salah satu bagian Merapi yang tidak seperti dulu lagi (sebelum letusan 2010) walau tetap jujur dan tidak pernah ingkar janji," kata Surono melalui pesan singkat Selasa (3/3/2020) malam.

Lebih lanjut Surono menerangkan, sistem vulkanik Merapi relatif terbuka setelah erupsi pada 2010. Fenomena ini juga membangun kubah yang belum stabil sehingga relatif sangat mudah gugur.

Dari hal itu, Surono mengatakan bahwa Merapi saat ini tidak mudah membangun energi yang mampu melahirkan letusan besar.

"Tinggi asap atau abu vulkanik 6.000 meter dan jarak luncur awan panas guguran 2 km kearah Kali Gendol itu sudah sesuatu yang besar untuk ukuran bangunan energi Merapi saat ini yang belum memungkinkan membangun energi besar untuk letusan besar," imbuhnya.

Tidak tiba-tiba meletus

Surono mengatakan, Merapi tidak tiba-tiba meletus kemarin pagi.

Ada aktivitas Merapi sebelum erupsi berupa gempa berfrekuensi rendah dan gempa multi fasa yang merupakan aktivitas dangkal.

Gempa itu berpusat pada jarak sekitar satu sampai dua kilometer dari puncak gunung Merapi. Inilah yang menyebabkan energinya tidak besar dan tidak dirasakan kebanyakan orang.

"Beda bila (erupsi) dibangun dari gempa vulkanik dalam dan dangkal, disusul rentetan tremor vulkanik (masa lalu Merapi) yang mempunyai jumlah dan energi besar seperti letusan-letusan sebelum 2010," ungkapnya.

Baca juga: Fenomena Langka, Gunung Berapi Es di Tepi Danau Michigan Erupsi

Tidak akan ada erupsi susulan

Karena erupsi saat ini tidak mampu membangun energi yang cukup, Surono yakin tidak akan ada letusan susulan dalam waktu dekat.

Merapi akan berhenti beraktivitas dalam beberapa minggu hingga bulan untuk mengumpulkan energi guna meletus kembali.

"Merapi akan berhenti meletus sementara waktu, setelah itu bangun untuk mengumpulkan energi guna bisa meletus lagi dengan intensitas seperti itu (erupsi kemarin) juga," papar Mbah Rono.

Mbah Rono mengatakan, erupsi merupakan sesuatu yang wajar dilakukan oleh gunung api dan itu adalah haknya.

"Semoga ritme seperti ini terus dijaga oleh Merapi, sehingga Merapi tetap memiliki hak alami untuk ekspresi dirinya berupa letusan. Dan masyarakat sekitar Merapi tetap berhak meraih kesejahteraan lahir batin dengan tetap menjalin tali persahabatan serta membangun harmoni dengan Merapi," tutup Mbah Rono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau