Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di China Menurun, Ini Pelajaran bagi Indonesia dan Dunia

Kompas.com - 03/03/2020, 13:02 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

Sumber Vox

KOMPAS.com – China terutama Provinsi Hubei adalah “poros” dari virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan penyakit Covid-19.

Sebanyak 83 persen dari sekitar 89.000 kasus (hingga 2 Maret 2020) terdapat di China. Para dokter dan petugas kesehatan terus memerangi epidemi ini selama lebih dari dua bulan lamanya.

Lewat pengumuman dari Presiden Jokowi kemarin, Indonesia baru menemukan 2 pasien yang positif Covid-19. Namun di China sendiri, selama beberapa minggu belakangan, jumlah orang terinfeksi dan kematian akibat Covid-19 berkurang.

Baca juga: 11 Mitos tentang Virus Corona yang Tak Usah Dipercaya Lagi

Fakta ini menjelaskan bahwa penyebaran virus tersebut telah mencapai puncaknya di China, sehingga transmisi antarmanusia berkurang.

Pada waktu bersamaan, virus ini menyebar lebih cepat di beberapa negara lain termasuk Korea Selatan, Italia, dan Iran. Amerika Serikat dan Australia telah melaporkan kasus kematian pertama akibat Covid-19.

Penting bagi Indonesia, juga beberapa negara lainnya, melakukan respon cepat seperti China untuk membatasi penyebaran virus SARS-CoV-2.

Baca juga: Tanggapan WHO hingga Terawan soal Kasus Corona di Indonesia

World Health Organization (WHO) sendiri menerjunkan sekelompok petugas medis yang dipimpin oleh ahli epidemiologi Bruce Aylward.

Kepada Vox, Selasa (3/3/2020), Aylward menjelaskan bahwa mayoritas respon di 30 provinsi seantero China berfokus pada penemuan kasus serta merunutkan kontak suspek dengan orang lain dan lingkungan sekitar.

“Semua perhitungan ini digunakan untuk menentukan penyebaran Covid-29,” tuturnya kepada reporter Vox Julia Belluz.

Penumpang mengenakan masker untuk melindungi diri dari penyebaran Covid-19 coronavirus, saat menunggu penerbangan di Bandara Internasional Changi, di Singapura, 10 Februari 2020.AFP/TED ALJIBE Penumpang mengenakan masker untuk melindungi diri dari penyebaran Covid-19 coronavirus, saat menunggu penerbangan di Bandara Internasional Changi, di Singapura, 10 Februari 2020.

Selain itu, pemerintah China juga menutup beberapa wilayah dengan ledakan penyebaran yang tinggi seperti Wuhan dan dua kota lainnya.

“Ada beberapa wilayah yang penyebaran virusnya tak terkontrol. China berani mengambil keputusan ini (untuk menutup kota tersebut) untuk melindungi China dan negara lain,” tambah Aylward.

“Semua karena kecepatan”

Aylward menyebutkan hal yang patut diacungi jempol dari cara China menangani Covid-19 adalah kecepatan.

“Semua karena kecepatan. Semakin cepat Anda menemukan kasusnya, mengisolasi pasiennya, merunut dengan siapa pasien itu berkontak, akan lebih cepat penanganannya,” tutur Aylward.

Ia menjelaskan bahwa apa yang China lakukan adalah dengan tidak panik, menyingsingkan lengan baju, dan mulai melakukan kerja secara sistematis untuk menemukan kasus.

“Dengan begitu Anda sangat bisa untuk menahan penyebaran virus, mencegah banyak orang terkena penyakit, dan menghindari kasus kematian,” tambahnya.

Baca juga: Mungkinkah Corona Menjadi Virus Musiman? Ilmuwan Jelaskan

Pertanyaan yang kerap diterima Aylward adalah ‘memangnya mungkin, China dengan 15 juta populasi menutup rapat negaranya sendiri?’

“Jika Anda ingin mengisolasi wilayah, yang harus dilakukan adalah pemberian pemahaman kepada warga negara itu sendiri. Mereka harus tahu seperti apa bahayanya virus tersebut ketika tersebar,” lanjut ia.

Jadi, menurut Aylward, pastikan warga negara Anda tahu mengenai virus tersebut.

Baca juga: Polusi Nitrogen Dioksida di China Turun, Benarkah Akibat Virus Corona?

“Pastikan Anda memiliki mekanisme untuk bekerja sama dengan mereka dalam kecepatan tinggi lewat sistem kesehatan. Kemudian, menyiapkan infrastruktur kesehatan yang mumpuni untuk investigasi kasus dan runutan kontak. Sebanyak 90 persen daerah di China melakukan hal ini,” tuturnya.

Lebih cepat sebuah wilayah mengisolasi diri, semakin cepat rantai penyebaran virus itu terputus.

Jaringan rumah sakit

Hal yang lain yang berpengaruh pada menurunnya kasus Covid-19 di China adalah jaringan antar rumah sakit yang terhubung dengan baik.

“Di China, mereka membuat jaringan besar untuk rumah sakit yang bisa merawat pasien Covid-19. Di banyak wilayah, tim medis siap mendatangi rumah Anda dan melakukan swab tenggorokan dan memberi tahu Anda hasilnya dalam 4-7 jam. Kecepatan adalah segalanya,” papar Aylward.

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas medis saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.AFP/STR/CHINA OUT Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas medis saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.

Pastikan bahwa pasien dan semua orang yang berkontak dengannya dikarantina dan dimonitor sampai diketahui benar bahwa orang-orang tersebut tidak terinfeksi.

Dari pengalaman Aylward, sekitar 5-15 persen kontak dekat (orang-orang terdekat) dengan pasien terinfeksi.

Tes gratis

Warga China yang dites laboratorium bukan ratusan, tapi ribuan. Oleh karena itu, untuk mendorong warga agar mau melakukan swab tenggorokan serta cek laboratorium, pemerintah China membayar semua tagihan tes bagi orang-orang yang tidak memiliki asuransi kesehatan,

“Di China, mereka (pemerintah) menyadari bahwa uang merupakan perkara yang berkaitan dengan keinginan seseorang untuk cek kesehatan. Oleh karena itu mereka membayarkan tagihan bagi orang-orang yang tidak ter-cover asuransi,” lanjut Alyward.

Baca juga: Hand Sanitizer Handmade Tak Efektif Cegah Penyebaran Virus Corona

Selain itu, jika dibutuhkan resep obat, resep bisa didapatkan lewat WeChat (aplikasi pada ponsel) tanpa perlu bertemu langsung dengan dokter. Obat-obatan juga dikirim langsung ke rumah orang yang bersangkutan.

Kemampuan bertahan dari penyakit

Alyward mengatakan bahwa China memiliki kemampuan bertahan yang tinggi terhadap penyakit. Sampai saat ini tingkat kematian di China memang besar, yakni 3,8 persen. Namun mayoritas dari angka tersebut berlangsung saat awal-awal epidemi berlangsung di Wuhan.

Di luar Wuhan sendiri, jelas Alyward, rasio kematian akibat Covid-19 di bawah 1 persen. Mereka (petugas medis) menemukan kasus dengan cepat, mengisolasi pasien dan orang-orang terdekatnya, serta menggunakan metode canggih bernama extracorporeal membrane oxygenation.

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 melakukan olahraga bersama saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.AFP/STR/CHINA OUT Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 melakukan olahraga bersama saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.

“Coba lihat di Italia dan Iran, di mana banyak orang meninggal,” tambahnya.

Hal tersebut, menurut Aylward, sedikit banyak membuktikan bahwa China pandai dalam menjaga warganya agar tetap hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Vox
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com