Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/03/2020, 17:03 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

KOMPAS.com – Saluran cerna menjadi rumah bagi miliaran mikrobiota. Tak heran, banyak gangguan yang biasanya terjadi di saluran cerna termasuk pada anak-anak.

Diare terjadi apabila frekuensi BAB bertambah dari biasanya, yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair.

Dokter Spesialis Anak sekaligus Konsultan Gastroenterologi Hepatologi Anak di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dr Frieda Handayani K.,Sp.A(K) menyebutkan bahwa diare pada anak-anak bisa terjadi karena beberapa hal.

“Alergi misalnya, si anak alergi susu sapi sehingga diare. Kemudian karena infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit,” tutur Frieda saat media gathering RSPI di Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Baca juga: Kenali 7 Gangguan Saluran Cerna pada Anak

Faktanya, lanjut ia, sebanyak 50 hingga 60 persen penyebab diare pada anak disebabkan oleh infeksi dari rotavirus.

“Selain itu juga karena malabsorsi karbohidrat, keracunan makanan, gangguan kekebalan tubuh, serta masalah lain seperti sindroma usus pendek dan antibiotik,” papar ia.

Salah satu akibat diare yang paling membahayakan adalah dehidrasi. Dehidrasi ringan-sedang terjadi apabila:

- Anak gelisah/ rewel
- Mata cekung
- Air mata kering
- Mulut/ lidah kering
- Tampak kehausan
- Defisit cairan sebesar 5-10 persen atau 50-100 ml/kg BB.

Seorang anak dikatakan dehidrasi berat apabila memiliki gejala:

- Kesadaran menunrun/ letargik
- Mata sangat cekung
- Air mata sangat kering
- Mulut/ lidah sangat kering
- Sulit atau tidak bisa minum
- Defisit cairan lebih dari 10 persen, atau lebih dari 100 ml/kg BB.

Penanganan diare

World Health Organization (WHO) mencanangkan 5 penanganan diare (Critical Management of Acute Diarrhea).

“Pertama adalah pemberian oralit. Oralit diberikan untuk mengganti cairan tubuh,” tutur Frieda.

Baca juga: Waspada Diare Menyerang Saat Musim Hujan, Begini Penanganannya...

Kedua, anak diberikan makanan dalam porsi kecil tiap dua jam sekali (small portion but frequent feeding). Bagi bayi kurang dari 6 bulan, berikan terus Air Susu Ibu (ASI).

“Kemudian, atas konsultasi dokter berikan anak suplemen Zinc selama 10 hari. Suplemen ini berfungsi untuk menguatkan saluran cerna,” lanjut Frieda.

Baca juga: Mitos atau Fakta: Antibiotik Digunakan saat Batuk, Diare dan Demam?

Bagi bayi yang diberi ASI, sang ibu juga harus menjaga asupan makanan karena saripati makanan tersebut akan diberikan lewat ASI.

“Lalu atas konsultasi dokter akan diberikan antibiotik. Terakhir, diberikan nasihat agar diare tidak terulang,” tutup Frieda.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau