Tri Yunis Miko Wahyono, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI), mengatakan bahwa seseorang bisa saja terinfeksi SARS-CoV 2 tapi tidak menderita sakit Covid-19. Hal itu tergantung dari jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh dan ketahanan tubuh orang tersebut.
"Semakin banyak virus yang masuk, semakin berat melawannya. ... Yang pertahanan tubuhnya menang, bisa asimptomatik atau [gejala] ringan," ujarnya kepada BBC News Indonesia.
Namun orang yang asimptomatis tetap bisa menyebarkan virus, kata Miko. Karena itu ia mengatakan otoritas kesehatan perlu memperketat pengawasan dan pemantauan pada mereka yang menjalani karantina rumah karena ada kemungkinan terdapat kasus yang tidak terdeteksi oleh skrining di bandara.
Ia memperingatkan bahwa dinas kesehatan dan Puskesmas di sejumlah daerah wisata seperti Bali bisa kesulitan dalam melakukan pengawasan karena jumlah wisatawan yang begitu banyak.
"Jumlah dinas kabupaten dan Puskesmasnya kan terbatas, stafnya juga terbatas untuk mengawasi begitu banyak, ya agak sulit," ujarnya.
Sekretaris Ditjen Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan pihaknya telah memeriksa orang-orang yang diduga kontak dengan turis Jepang yang positif SARS CoV-2 sekaligus memantau kasus pneumonia di daerah itu — namun sejauh ini belum menemukan apa-apa.
"Artinya, kita meyakini tidak ada penularan di daerah itu meskipun kita harus berpikir dengan masa inkubasi yang dua kali 14 hari berarti kita harus memantaunya sejak tanggal 15 Februari ketika ia datang sampai dengan 2 kali 14 hari ke depan."
Hingga saat ini, belum ditemukan kasus positif SARS CoV-2 di Indonesia. Menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, sampai hari Rabu (26/02) pukul 18:00, telah dilakukan uji laboratorium pada 134 sampel dan semuanya menunjukkan hasil negatif.
Adapun dua pasien suspek COVID-19 yang meninggal dunia di Semarang dan Batam, kata Menteri Terawan, keduanya dinyatakan negatif.
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa pasien di Semarang terinfeksi virus flu babi atau H1N1, yang menyebabkan pandemik pada tahun 2009.
"Jelas hasilnya bukan corona. Negatif," kata Terawan dalam jumpa pers di Jakarta.
Ia menambahkan bahwa para petugas di laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) menguji sampelnya dua kali untuk memastikan.
Pasien di Batam juga menunjukkan hasil negatif virus corona, kata Terawan tanpa merinci penyakitnya.
Secara global, lebih dari 80.000 orang di lebih dari 40 negara telah terinfeksi virus corona baru, yang muncul pada bulan Desember. Sebagian besar orang yang terinfeksi berada di China.
Di luar China, kini terdapat 2.790 kasus virus corona, dan 44 pasien dilaporkan meninggal dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.