Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Asteroid yang Jatuh di Gunung Berapi Asia Tenggara

Kompas.com - 28/01/2020, 19:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARI–hari ini pandangan dunia terarah ke Asia bagian timur seiring kian mewabahnya coronavirus Wuhan. Per 26 Januari 2020, telah terdeteksi 2.035 kasus dengan 56 orang meninggal. Sebaliknya 53 orang berhasil sembuh.

Sekitar 790.000 tahun silam, pandangan mata manusia, tepatnya manusia purba Homo erectus dengan peradaban zaman batu tuanya, juga terarah ke sini. Lebih tepatnya ke kawasan yang berjarak 1.900 kilometer sebelah tenggara kota Wuhan. Tatkala sebuah peristiwa luarbiasa hebat yang memicu berubahnya iklim regional terjadi.

Saat itu sebuah benda langit mirip meteor–sangat–sangat–sangat terang mendadak muncul di atas daratan Semenanjung Indocina. Ia melaju ke arah selatan–tenggara dengan kecepatan 20 km/detik (72.000 km/jam) dan kian bertambah terang saat ketinggiannya kian merendah.

Pada puncaknya meteor–sangat–sangat–sangat terang itu sampai berjuta kali lipat lebih benderang ketimbang terik Matahari di siang bolong, yakni 3,6 juta hingga 8,4 juta kali lipat lebih terang. Maka segenap Semenanjung Indocina dibikin silau kala meteor sangat–sangat–sangat terang melintas.

Meteor–sangat–sangat–sangat terang itu adalah sebuah asteroid raksasa yang garis tengahnya 1,4 hingga 1,9 kilometer dengan massa 5,3 hingga 13,3 milyar ton. Ia melaju tak terhentikan setelah memasuki lapisan–lapisan udara Bumi, bergerak menuju jantung Semenanjung Indocina dalam jalur tumbukan yang menyudut 10º terhadap titik target.

Titik target adalah Dataran Tinggi Bolaven yang sedang menggelegak membara seiring luapan magma basaltik dalam episode demi episode vulkanisme titik–panas yang telah bermula sejak 16 juta tahun sebelumnya. Dengan kata lain asteroid raksasa itu akan menghantam sebuah gunung berapi tak–biasa yang sedang meletus.

Tumbukan pun terjadi dengan dahsyatnya yang melepaskan energi mencapai 274.000 hingga 685.000 megaton TNT, setara 18 juta hingga 34 juta butir bom nuklir Nagasaki yang diledakkan serempak di satu tempat. Tingkat energi tersebut menyamai yang dilepaskan Letusan Toba Muda Toba 75.000 tahun silam, letusan gunung berapi terdahsyat dalam kurun 26 juta tahun terakhir.

Tumbukan asteroid itu memproduksi kawah kompleks yang garis tengahnya 13 hingga 17 kilometer dan berkedalaman maksimum 690 hingga 750 meter, yang bisa disebut Kawah Bolaven. Maka peristiwa tumbukannya pun bisa dinamakan tumbukan Bolaven.

Karena asteroid datang dari altitud sangat rendah, bentuk Kawah Bolaven adalah lonjong dengan sumbu utama berarah utara–baratlaut ke selatan–tenggara. Dari kawah ini tersembur 140 hingga 287 km3 material produk tumbukan, dengan 81 hingga 182 km3 diantaranya merupakan breksi tumbukan.

Ukuran dan bobot breksi tumbukan terlalu berat sehingga tak sanggup terlontar jauh. Tetapi material yang lebih ringan terlontar secara balistik hingga demikian jauh, sampai ratusan atau bahkan ribuan kilometer di atas paras Bumi, sebelum gravitasi menariknya kembali berjatuhan.

Dampak tumbukan Bolaven dalam jangka pendek terbagi dua: dampak termal dan dampak mekanik.

Dampak termal merupakan kombinasi dua hal. Pertama, paparan sinar panas, yakni pancaran cahaya tampak, inframerah dan ultraungu berintensitas sangat tinggi yang dilepaskan bolaapi tumbukan tepat sesaat setelah asteroid menghantam targetnya. Dan yang kedua, paparan panas akibat material produk tumbukan yang masuk kembali (reentry) ke dalam atmosfer Bumi secara balistik.

Diperhitungkan dampak termal tumbukan Bolaven menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan secara spontan hingga radius 600 kilometer dari kawah.

Sementara dampak mekaniknya diperlihatkan oleh gelombang kejut, yakni penjalaran denyut tekanan berkecepatan supersonik yang disusul hempasan angin berkecepatan tinggi. Gelombang kejut produk tumbukan Bolaven dengan overpressure 1 psi (703 kg/m2) menerpa hingga radius 400 kilometer dari kawah. Overpressure 1 psi sanggup membuat batang–batang pohon besar tercerabut dari akarnya.

Jelas dalam jangka pendek tumbukan pembentuk Kawah Bolaven membuat Semenanjung Indocina porak–poranda, dengan rimba belantara terbakar hebat sementara pohon–pohon besar bertumbangan dimana–mana dalam arah tertentu. Namun, dampak jangka panjangnya lebih mencemaskan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau