KOMPAS.com - Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 , tercatat sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1 persen penduduk di Indonesia menderita hipertensi.
Dari populasi hipertensi tersebut, hanya sebesar 8,8 persen terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4 persen dari yang terdiagnosis hipertensi rutin minum obat.
Dengan prevalensi yang terus meningkat, ironisnya sampai saat ini kepedulian terhadap hipertensi, termasuk kesadaran akan pencegahan sangat minim. Selain itu, pengobatan hipertensi di Indonesia juga masih rendah.
"Padahal hipertensi yang tidak bergejala itu dapat memicu kerusakan organ-oragn penting manusia," kata dr Tunggul D Situmorang SpPD-KGH, selaku Ketua Umum InaSH, di InaSH House Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Baca juga: Lahir Prematur Bisa Jadi Faktor Risiko Hipertensi pada Anak, Kok Bisa?
Perlu diketahui, hipertensi dapat merusak kerja organ penting dalam tubuh.
Organ-organ terminal penting yang dapat rusak akibat hipertensi yang tak ditangani dengan tepat antara lain otak, jantung, mata, ginjal, serta pembuluh darah merah besar dan kecil.
Tunggul mengingatkan, kerusakan organ akan menyebabkan kecacatan yang berdampak beban biaya yang tinggi dan menurunnya kualitas hidup penderitanya.
"Hipertensi ini jadi masalah kesehatan global, tidak hanya di Indonesia, dan ini akibatnya bisa meningkatkan angka kesakitan dan kematian, juga pastinya beban biaya kesehatan," ujar dia.
Senada dengan Tunggul, Dokter Spesialis Syaraf, dr Amanda Tiksnadi SpS(K) pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa hipertensi secara perlahan tapi pasti akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan organ-organ terminal, disebut Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD).
Disebutkan oleh Amanda juga, manifestasi klinis HMOD terminal ini bisa jadi berupa gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal dan gangguan penglihatan termasuk kebutaan.
Baca juga: Ahli Sebut Hipertensi Anak Jadi Masalah Kesehatan Kesehatan Global
"Hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai dua kali, sedangkan gagal jantung dan stroke sampai tiga kali," ujar dia.
Menurut Tunggul, karakteristik orang Indonesia sedikit abai atau tidak peduli akan kesehatan dirinya, apalagi jika tidak ada gejala yang muncul.
Dikarenakan hipertensi bisa terjadi tanpa gejala, maka penting sekali untuk melakukan tindakan pola hidup sehat agar dapat mencegah dan mengontrol hipertensi dalam tubuh Anda.
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengontrol hipertensi: