KOMPAS.com - Peneliti di Indonesia pernah melakukan survei coronavirus atau virus corona pada kucing dan anjing yang hewan peliharaan.
Pada umumnya, coronavirus terdapat di dalam satwa liar seperti kelellawar dan tikus, dan menginfeksi saluran pernapasan dan pencernaan antar satwa liar lainnya.
Akan tetapi, ternyata coronavirus juga dapat menginfeksi hewan peliharaan yang banyak dirawat oleh manusia seperti kucing dan anjing.
Meski demikian, perlu dicatat bahwa infeksi coronavirus yang disurvei bukan penyebab Covid-19 yang sedang mewabah saat ini.
Baca juga: Virus Corona China Beri Dampak Tak Terduga pada Lingkungan, Apa Saja?
Peneliti Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra PhD, menyampaikan bahwa coronavirus yang menginfeksi anjing dinamakan Canine coronavirus (CCoV).
Virus CCoV ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan dan saluran pernapasan anjing.
Coronavirus ini pertama kali ditemukan pada tahun 1971, sebagai penyebab wabah diare pada anjing di Jerman. Kebanyakan infeksi coronavirus ini bersifat subklinis atau tidak menimbulkan gejala sakit.
"Kalaupun menimbulkan gejala, jarang yang bersifat fatal atau menyebabkan kematian," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (19/2/2020).
Selain CCoV, ada jenis coronavirus anjing lainnya yaitu CRCoV yang dapat menginfeksi saluran pernapasan dan pertama kali diisolasi dari paru-paru anjing di Inggris.
Baca juga: Virus Corona Bikin Harga Masker Mahal, Siapa yang Harus Pakai Masker?
Setelah melalui analisis genetik, ternyata jenis ini berada pada satu kelompok dengan coronavirus asal sapi (HCoV) dan manusia (HCoV-OC43).
"CCoV kemungkinan berasal dari karnivora liar atau hewan pemakan daging, yang merupakan hasil rekombinasi dari berbagai coronavirus. Karnivora liar juga mungkin berperan sebagain inang perantaranya," tuturnya.
Di Indonesia, para peneliti pernah melakukan survei pada tahun 1994 yang dilakukan di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara, dengan pertanyaan mendasar apakah ada coronavirus dalam tubuh hewan peliharaan anjing di wilayah tersebut.
"Dari total 241 sampel, hasilnya negatif semua," ujar dia.
Sementara itu, coronavirus pada kucing bernama Feline coronavirus (FCoV) biasanya akan menyerang saluran pencernaan.
Transmisi pada sesama kucing terjadi melalui rute feses-oral dan frekuensinya akan semakin tinggi apabila ada banyak kucing yang terlibat.