KOMPAS.com – Terdapat asumsi yang beredar di kalangan masyarakat, bahwa meninggalnya almarhum Ashraf Sinclair adalah akibat gastroesophageal reflux disease (GERD) yang termasuk dalam keluhan asam lambung.
Ternyata terdapat kemiripan antara keluhan asam lambung dengan gejala jantung, yakni nyeri pada ulu hati.
Dokter Spesialis Jantung RS Awal Bros Bekasi Timur, dr Ronaldi, Sp.JP, FIHA, FAPSC mengatakan bahwa keluhan ini disebut sebagai “nyeri alih”, yaitu nyeri yang menyerupai asam lambung padahal gangguan atau serangan jantung.
Baca juga: Ashraf Sinclair Meninggal, Masih Muda dan Olahraga, Mengapa Bisa Kena Serangan Jantung?
Lalu, bagaimana membedakan keluhan asam lambung dan jantung? Ronaldi menyebutkan bahwa keluhan jantung bisa dilihat dari dua hal yaitu ciri-ciri faktor risiko jantung yang tidak dapat dikendalikan dan ciri-ciri faktor risiko jantung yang dapat dikendalikan.
Ciri-ciri risiko jantung yang tidak dapat dikendalikan yaitu faktor usia (usia lanjut memiliki risiko penyakit jantung yang lebih besar), jenis kelamin (pria lebih berpotensi terkena serangan jantung), dan keturunan.
Sementara itu, ciri-ciri risiko jantung yang dapat dikendalikan adalah tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tubuh, kencing manis atau diabetes melitus, gaya hidup (merokok, konsumsi makanan, olahraga, dan sebagainya), serta kadar asam urat.
“Jadi risiko yang dapat kita cegah adalah ciri-ciri risiko yang dapat dikendalikan karena risiko tersebut dapat dideteksi melalui medical check-up secara rutin, cek rekam jantung, treadmill jantung, dan konsultasi rutin dengan dokter,” tutur Ronaldi seperti dikutip dari keterangan tertulis kepada Kompas.com, Kamis (20/2/2020).
Baca juga: Ashraf Sinclair Meninggal, Kenali 6 Faktor Risiko Serangan Jantung
Terkait gejala jantung, lanjutnya, sebaiknya masyarakat perlu memerhatikan beberapa ciri fisik gejala jantung seperti angina pektoris atau nyeri dada yang sifatnya khas. Yaitu nyeri dada kiri hingga menembus ke belakang, sampai menjalar ke tangan kiri.
“Ciri fisik lain dari gejala jantung adalah keluhan sesak nafas, di mana nafas terasa berat dan sering berdebar-debar serta berkeringat dingin,” tambahnya.
Jika ciri fisik tersebut tidak terdeteksi atau diabaikan, maka risiko serangan jantung mendadak atau heart attack dapat terjadi.
“Biasanya kematian mendadak akibat jantung yang disebabkan oleh gejala-gejala fisik, ciri-ciri risiko jantung yang dapat dikendalikan, dan ciri-ciri risiko jantung yang tidak dapat dikendalikan tersebut diabaikan,” papar Ronaldi.
Menurut Ronaldi, asam lambung tidak berhubungan dengan detak jantung yang berdebar-debar sehingga detak jantung tersebut berhenti.
“Intinya kembali lagi, keluhannya sama atau mirip. Tapi bukan berarti asam lambung menyebabkan serangan jantung ataupun sebaliknya. Keluhan di lambung bisa bikin rasa terbakar di ulu hati karena jantung letaknya juga berdekatan dengan ulu hati,” papar ia.
Masih menurut Ronaldi, penyebab sesak napas akibat asam lambung atau GERD lebih mudah dideteksi dini dibandingkan sesak napas akibat jantung.
Baca juga: Ashraf Sinclair Meninggal, Kenali 2 Kemungkinan Gangguan Jantung yang Picu Kematian Mendadak
Jika seseorang memiliki pola hidup yang tidak sehat seperti telat makan atau mengonsumsi kopi, asam, dan makanan pedas secara berlebihan, potensi GERD bisa muncul kapan saja.
“Jika mengalami serangan jantung, sebaiknya penderita segera dibawa ke dokter untuk ditindaklanjuti secara medis seperti diberikan oksigen dan terapi obat-obatan, yang bertujuan untuk melebarkan atau mengembalikan aliran darah yang tersumbat di pembuluh darah jantung,” tutur Ronaldi.
Untuk mengetahui bagian pembuluh darah yang tersumbat, pasien dapat melakukan tes EKG, treadmill jantung, MSCT Coroner, dan Angiography Coroner.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.