KOMPAS.com - Banyaknya rumor beredar tentang virus corona Wuhan yang sengaja direkayasa. Para ilmuwan melawannya dengan sejumlah bukti yang ditulis dalam makalah yang diposting di forum daring ilmiah Virological.
Dalam makalah tersebut, para ilmuwan, termasuk ahli epidemiologi terkemuka W. Ian Lipkin dari Columbia University, Edward Holmes dari University of Sydney, dan Kristian Andersen dari Scripps Research mengatakan ada petunjuk genetik penting yang menunjukkan virus corona, atau SARS-CoV-2 tidak dibuat di laboratorium.
Dilansir dari South China Morning Post, Selasa (18/2/2020), para ilmuwan telah berulang kali berupaya untuk menghilangkan prasangka dan teori konspirasi tentang asal-usul virus corona.
Sebab, Senator AS juga mengatakan virus corona baru merupakan virus rekayasa.
Baca juga: Ada Virus Corona Kelelawar di Gorontalo dan Garut? Ini Penjelasan Ahli
Sebagian besar teori konspirasi menyebut virus itu muncul dari Institut Virologi Wuhan, di mana para peneliti membangun salah satu basis data terbesar terkait virus kelelawar di dunia.
Institusi ini pertama kali mengidentifikasi virus corona baru yang ditemukan pada kelelawar.
Konspirasi tersebut juga mendorong peneliti utama institut itu, Shi Zhengli mengklarifikasi dalam sebuah media sosial dan mengatakan ia bersumpah virus corona Wuhan sama sekali tidak berhubungan dengan laboratorium.
Penelitian yang diterbitkan pada Senin merupakan hal yang terbaru dari serangkaian analisis dan komentar dari para ilmuwan yang menunjukkan bukti virus itu adalah produk dari evolusi alami.
Baca juga: Update Virus Corona 19 Februari: 2.009 Meninggal, 75.213 Terinfeksi
Studi ini bergantung pada data urutan genom dari virus ini dan strain coronavirus yang dikenal untuk mengidentifikasi indikator kunci dalam evolusi struktur virus.
Para peneliti menemukan salah satu indikator itu, yang memengaruhi cara "lonjakan" virus berikatan dengan sel manusia akan bermutasi secara berbeda jika didasarkan pada model komputasi dan bukan evolusi alami.
“Lonjakan SARS-CoV-2 tampaknya merupakan hasil seleksi pada manusia atau ACE2 yang menyerupai manusia yang memungkinkan timbulnya solusi pengikatan optimal lainnya. Ini adalah bukti kuat SARS-CoV-2 bukan produk rekayasa genetika," tulis para peneliti.
Mereka juga menunjuk fitur unik pada "protein lonjakan" virus. Ini belum pernah terlihat sebelumnya dalam Betacoronaviruses keturunan B terkait, sebagai bukti lebih lanjut bahwa ini bukan ciptaan laboratorium.
Profesor Roy Hall dari University of Queensland, yang meneliti struktur protein virus dan tidak terlibat dalam penelitian ini, setuju dengan bukti para peneliti tentang fitur-fitur ini dan kesimpulan mereka.
Menurut dia, jika ini adalah virus hasil rekayasa genetika, peneliti akan mengambil virus yang diketahui menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit dan menggunakan struktur genetik yang sama.
"Tapi kami belum pernah melihat (fitur-fitur ini) sebelumnya, jadi mereka telah berevolusi secara alami, secara terpisah di alam. Tidak ada yang melihat mereka sebelumnya, sehingga mereka tidak akan direkayasa secara genetis seperti itu," kata Hall.