"CCoV kemungkinan berasal dari karnivora liar atau hewan pemakan daging, yang merupakan hasil rekombinasi dari berbagai coronavirus. Karnivora liar juga mungkin berperan sebagain inang perantaranya," tuturnya.
Di Indonesia, para peneliti pernah melakukan survei pada tahun 1994 yang dilakukan di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara, dengan pertanyaan mendasar apakah ada coronavirus dalam tubuh hewan peliharaan anjing di wilayah tersebut.
"Dari total 241 sampel, hasilnya negatif semua," ujar dia.
Sementara itu, coronavirus pada kucing bernama Feline coronavirus (FCoV) biasanya akan menyerang saluran pencernaan.
Transmisi pada sesama kucing terjadi melalui rute feses-oral dan frekuensinya akan semakin tinggi apabila ada banyak kucing yang terlibat.
"Gejala yang muncul biasanya bersifat ringan ataupun subklinis sehingga pengobatan tidak diperlukan," ujar dia.
Namun, coronavirus yang menyerang saluran pencernaan pada kucing dapat menginfeksi membran rongga perut (peritoneum) yang biasanya menimbulkan gejala yang lebih parah.
Infeksi tersebut pertama kali terobservasi pada tahun 1963 di Boston, Amerika Serikat dan beberapa tahun kemudian diketahui bahwa penyebabnya adalah dari jenis coronavirus.
Baca juga: Studi Baru Buktikan Virus Corona Bukan Hasil Rekayasa di Laboratorium
Sugiyono berkata bahwa asal usul virus ini belum banyak dikaji, namun virus ini diduga muncul akibat adanya mutasi dan seleksi imunitas pada kucing, dilihat dari bervariasinya material genetik yang didapatkan dari berbagai sumber.
Di Indonesia, juga pernah dilakukan survei terdahap kucing peliharaan dengan potensi adanya coronavirus di tubuhnya. Akan tetapi, survei yang dilakukan pada tahun 2019 di Surabaya tersebut masih dalam jumlah kecil, yaitu 20 sampel, dan hasilnya negatif semua.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.