"Sebetulnya untuk survei yang dilakukan, ukuran sampelnya masih kecil. Bukan berarti, ketika negatif menjamin bahwa coronavirus itu tidak ada," kata dia.
Diakui Sugiyono, survei terhadap sampel anjing dan kucing yang memiliki dan terinfeksi coronavirus di Indonesia masih dalam skala yang kecil untuk pengambilan ketetapan.
Diadakannya survei dalam skala yang lebih besar lagi di Indonesia ini akan lebih baik untuk mendapatkan hasil yang objektif, terkait benarkah di kucing dan anjing ada potensi coronavirus.
"Kekurangan studi-studi tersebut (di Indonesia) adalah sampling size-nya kecil dan metode yang dipakai untuk deteksi juga berbeda," kata dia.
Kendati demikian, survei yang pernah dilakukan tersebut bisa menggambarkan bahwa survei untuk coronavirus pada anjing, kucing dan babi memang pernah dilakukan di Indonesia.
"Walaupun hasil survei negatif, kejadian infeksi yang diakibatkan oleh coronavirus pernah dilaporkan juga," ucap dia.
Kejadian infeksi coronavirus pada kucing yang pernah dilaporkan mirip dengan yang disebabkan oleh Feline infectious peritonitis (FIP).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.