Dijelaskan oleh Maryudi, Divisi 9 ini membawahi enam sub divisi dan 27 grup riset, yang berfokus pada isu politik dan kebijakan kehutanan berupa science policy interface.
Di antaranya yaitu tentang bagaimana mengintegrasikan sains ke pembuat kebijakan, ekonomi dan sosial sumberdaya hutan, analisis sektor kehutanan, hukum dan legalasi lingkungan atau kehutanan, serta manajemen informasi seperti media discourse.
Sementara itu, IUFRO merupakan lembaga non-profit yang didirikan pada tahun 1892 sebagai jaringan peneliti seluruh dunia, di mana saat ini telah mempunyai anggota sekitar 700 organisasi dan 15.000 peneliti dari 127 negara.
Organisasi dari Indonesia yang menjadi anggota IUFRO antara lain, UGM, Institut Pertanian Bogor (IPB), CIFOR, Badan Litbang dan Inovasi Kementerian LHK, Universitas Hasanuddin (Unhas), Korindo, dan Badan Litbang Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
"IUFRO sering memberikan policy feedungs ke berbagai lembaga dunia seperti FAO, UNEP dan berbagai proses negosiasi antar negara seperti UNFCCC dan CBD," ujar dia.
UNFCCC adalah singkatan dari United Nations Framework Convention o Climate Change dan CBD untuk Convention on Biological Diversity.
Dengan berperan aktif di IUFRO, diharapkan peneliti Indonesia berkontribusi dalam perumusan arahan fokus pengembangan penelitian, dan ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan, serta menjadi duta diplomasi dari aspek iptek.
"Sebab IUFRO sering dijadikan rujukan oleh para pengambil kebijakan kehutanan dan lingkungan internasional," kata Maryudi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.