Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Terawan, Ahli Harvard Ungkap Riset Dugaan Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 17/02/2020, 19:27 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Dalam wawancara langsung yang disiarkan di Youtube Nadhira, Lipsitch mengatakan, saat ini dunia sedang fokus menyoroti virus corona baru dari Wuhan atau covid-19.

Dia mengatakan, data dari China belum menggambarkan jumlah seluruh kasus yang sebenarnya tersebar di dunia.

"Jadi kita berharap kepada semua negara untuk mendeteksi kasus secara efektif dan selanjutnya menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi di China," katanya.

Lipsitch meluruskan, tujuan dari riset prediksi yang dilakukannya adalah untuk melihat apakah kasus yang sudah terdeteksi di suatu negara benar-benar mempresentasikan jumlah kasus yang ada sebenarnya.

"Untuk itu, kami menghitung hubungan statistik antara jumlah pengunjung ke suatu negara dengan jumlah kasus yang terdeteksi," katanya.

Dari perhitungan tersebut, dia mendapatkan hasil rata-rata secara internasional, yakni ada sekitar 14 pengunjung per hari yang diasosiasikan dengan munculnya satu kasus terdeteksi.

Sebagai catatan, hasil perhitungan itu dipantau selama periode penelitian.

"Dengan standar tersebut, Indonesia diduga sebenarnya sudah memiliki 5 kasus, tapi nyatanya Indonesia tidak memiliki kasus (Covid-19)," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Lipsitch mengaku tidak sengaja fokus untuk meneliti suatu negara tertentu dan sejak awal tidak ditujukan untuk Indonesia. Dia memperhatikan perkembangan Covid-19 di semua negara.

"Tujuan kami bukan untuk menilai kualitas dari sebuah negara atau pengawasannya," tegasnya.

Baca juga: Dugaan Covid-19 Tak Teridentifikasi di Indonesia, Ini Kata Ahli Kita

Selain Indonesia, memang dalam penelitian Lipsitch dia juga menyebut Thailand dan Kamboja.

Meski kedua negara itu sudah mendeteksi beberapa kasus, dari hasil riset itu diprediksi adanya kasus-kasus lain yang belum teridentifikasi.

"Dan bahkan Singapura diprediksi memiliki frekuensi (terinfeksi) paling tinggi dibanding negara lain. Mengingat, banyaknya jumlah pengunjung ke negara tersebut," kata dia.

Menanggapi Terawan yang mengatakan dirinya menghina Indonesia, Lipsitch meluruskan hal tersebut.

Dia menuturkan, apa yang dilakukan bersama tim adalah sebuah peringatan, di mana kita semua patut waspada dan tanggap.

"Dan seperti apa yang sering saya katakan ke banyak orang, fungsi dari Public Health adalah untuk menemukan potensi masalah dan memperingatkan pihak yang mungkin akan terkena dampaknya," paparnya.

Untuk wawancara lengkap dengan Profesor Marc Lipsitch dari Harvard, Anda dapat menontonnya dalam video di bawah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau