Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlunya Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru, Kenapa?

Kompas.com - 12/02/2020, 08:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam upaya menurunkan prevalensi kanker paru di Indonesia, ahli dan organisasi medis mencanangkan Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKI).

Gerakan ini dilakukan tidak secara tiba-tiba saja diajukan, melainkan karena melihat situasi pasien kanker, terutama kanker paru di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K), situasi kanker di Indonesia telah memasuki zona serius.

Sebab, angka kunjungan pasien kanker paru telah meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu.

Baca juga: Kanker Paru, Penyakit Tidak Menular yang Mematikan

"Jadi, masyarakat sekarang lagi peduli sekali dengan virus corona, tapi saya berharap masyarakat coba membuka diri dengan penyakit mematikan kanker paru ini, karena peningkatannya hampir 10 kali lipat," kata dia.

Dalam menangani kasus kematian dan meningkatnya prevalensi angka kejadian pasien kanker paru, gerakan IPKI lebih berfokus kepada kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait betapa berbahayanya kanker paru ini.

"Tetapi yang penting bukan penanganannya, tetapi pencegahannya," kata Agus dalam acara Harapan dan Tantangan: Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia, Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Kanker paru juga telah disebutkan sebagai kanker paling mematikan nomor satu yang telah membunuh hampir 1,7 juta orang setiap tahunnya.

Baca juga: Perokok Pasif Bisa Terkena Kanker Paru, Kok Bisa?

Sekitar tahun 1990-an, kata Agus, saat dia masih belajar di kedokteran, dua orang pasien kanker paru itu jadi rebutan dokter untuk dipelajari penanganan, penyebab dan pengobatannya.

Tetapi saat ini, dalam satu bangsal rumah sakit bisa jadi setidaknya ada 24 orang yang terkena kanker paru, bahkan bisa lebih dari itu.

"Kanker paru ini sebagai penyebab mortalitas (kematian) tertinggi, apalagi pada laki-laki," ujarnya.

Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru ini adalah bentuk kerjasama antara PDPI dan Cancer Information and Support Center (CISC for Lung).

Ketua CISC, Aryanthi Baramuli Putri, melalui gerakan ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan infromasi tentang kanker khususnya kanker paru.

Mulai dari faktor risiko, gejala serta diagnosa dan metode pengobatan yang sesuai dengan pedoman tatalaksananya.

"Mengingat masih tingginya stigma dan mitos tentang kanker paru ini," ujarnya.

Untuk diketahui, 11,2 persen pasien kanker paru adalah perempuan, dan sisanya adalah laki-laki.

Hal ini terjadi karena, kanker paru pada umumnya adalah penyakit ujung saluran pernapasan yang dipicu dari asap rokok atau pun polusi udara. Sementara, di Indonesia hampir 70 persen laki-laki adalah perokok aktif.

Sebagian dari mereka menganggap rokok adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi bukan hanya sekadar mencoba saja, sehingga tidak heran jika kanker paru rentan terjadi pada laki-laki.

Baca juga: Mengenal Beberapa Pengobatan Kanker Paru, Nomor 4 Paling Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Mengapa Kura-Kura Melakukan Pose Superman? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Oh Begitu
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Apa yang Terjadi Jika Kita Mencoba Mendarat di Planet Gas Raksasa?
Oh Begitu
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fosil Kepala Amfibi Raksasa Ditemukan di Texas, Mirip Karakter Film ‘Toy Story’
Fenomena
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Apa yang Terjadi di Otak Seorang Psikopat? 
Kita
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Ditemukan, Bukti Ledakan Bintang Ganda yang Mengubah Pemahaman Alam Semesta
Oh Begitu
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Evolusi Mamalia Tak Sesederhana yang Kita Duga, Fosil Baru Ubah Ceritanya
Oh Begitu
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Genus Baru Laba-Laba Pelompat yang Ahli Berkamuflase Ditemukan di Selandia Baru
Fenomena
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Jus Jeruk Bali Bisa Mematikan? Ini Fakta Ilmiahnya
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau