BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan MSD Indonesia

Awas, Pemicu Kanker Paru Bukan Hanya Rokok!

Kompas.com - 03/02/2020, 08:02 WIB
Alek Kurniawan,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.comRokok adalah salah satu faktor pemicu kanker paru yang paling banyak ditemui. Melansir Kompas.com, Senin (8/7/2019) orang yang sering merokok bisa meningkatkan risiko terkena kanker paru sebanyak 85 persen.

Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahkan menyebutkan produk tembakau ini mengandung lebih dari 7.000 bahan kimia dan setidaknya 70 bahan di antaranya dapat menyebabkan kanker.

Namun, rokok bukan satu-satunya faktor risiko penyebab kanker paru. Ada vape atau rokok elektrik yang juga ternyata mengandung bahan berbahaya penyebab penyakit mematikan ini.

Selama ini, termasuk di Indonesia, vape disebutkan aman untuk dikonsumsi dan tidak memiliki dampak buruk kesehatan seperti yang disebabkan rokok konvensional.

Baca juga: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Penderita Kanker Paru dengan Imuno Onkologi

Namun faktanya, perbedaan yang terkandung pada kedua jenis rokok ini hanya ada pada kandungan tembakaunya. Rokok konvensional jelas menggunakan tembakau, sedangkan rokok elektronik tidak.

Menurut artikel Kompas.com, Jumat (20/9/2019), vape mengandung zat yang sama berbahayanya dengan rokok konvensional.

Vape mengandung formaldehida, benzena, dan akrolein. Zat kimia tersebut bersifat karsinogenik yang bisa memicu kanker.

Cara kerjanya, zat itu akan merusak inti sel hingga terjadi perubahan struktur. Perubahan ini selanjutnya menjadi asal muasal munculnya kanker.

Baca juga: Pengobatan Kanker Paru, Lebih Efektif Kemoterapi atau Imuno Onkologi?

Selain itu, kandungan nikotin yang ada dalam vape juga kerap membuat pemakainya ketagihan. Dengan demikian, anggapan banyak orang tentang tidak adanya efek adiktif terhadap vape bisa diperdebatkan.

Di samping rokok elektronik, ancaman dan kerugian kesehatan bahkan berlaku pula bagi perokok pasif atau orang yang tidak sengaja menghirup asap rokok.

Sebuah data yang diluncurkan oleh American Cancer Society menyebutkan bahwa 20 persen pasien kanker yang meninggal di Amerika Serikat bukanlah perokok aktif.

Ilustrasi pengobatan imuno onkologi untuk kanker paru.SHUTTERSTOCK Ilustrasi pengobatan imuno onkologi untuk kanker paru.

Imuno onkologi

Terdapat dua jenis kanker paru, yaitu kanker paru sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC) dan kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC).

Untuk jenis yang terakhir disebutkan merupakan kanker paru yang paling banyak diidap oleh pasien. Skalanya, sekitar delapan orang yang mengidap kanker paru, tujuh di antaranya memiliki jenis kanker paru bukan sel kecil (KPBSK).

Untuk pengobatan kanker paru bukan sel kecil (KPBSK) ada beberapa cara, salah satunya adalah imuno onkologi.

Baca juga: Mengenal Sejarah Imuno Onkologi, Salah Satu Pengobatan Kanker Paru...

Imuno onkologi atau imunoterapi adalah standar pengobatan kanker terbaru dalam industri kesehatan, terutama terkait pengobatan kanker paru.

Kepala Divisi Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universtas Gadjah Mada (UGM), dr. Johan Kurnianda, SpPD, KHOM, FINASIM, menjelaskan metode ini memanfaatkan kemampuan imun tubuh untuk digunakan sebagai senjata dalam melawan sel kanker.

“Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli onkologi, tingkat kematian penderita kanker paru cukup besar, yakni mencapai 90 persen sebelum adanya imuno onkologi. Ini artinya, 9 dari 10 penderita kanker paru akan meninggal karena penyakit ini,” jelasnya.

Setelah dilakukan program imuno onkologi, mortality rate atau tingkat kematian pasien berkurang secara signifikan.

Baca juga: Menyelisik Fakta Kanker Paru, Salah Satu Penyakit Mengerikan di Dunia

“Meskipun begitu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni penderita kanker paru non-sel kecil stadium 4 dengan kadar Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1) di atas 50 persen,” ujar dr. Johan.

Selain lebih baik dalam hal median overall survival rate atau tingkat rata-rata harapan hidup lebih panjang yakni 30 bulan, pengobatan imuno onkologi juga lebih baik dalam hal efek samping.

Adapun efek samping dari imuno onkologi adalah pusing dan mual yang ringan, jauh lebih bisa diterima daripada efek samping pengobatan kanker lainnya seperti kemoterapi.

Untuk mengenali gejala kanker paru dan penyebabnya lebih mendalam, silakan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis terkait atau kunjungi situs www.lawankankerdaridalam.com.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com