KOMPAS.com – Hampir sebanyak 2,1 juta orang di dunia pada 2018 terserang salah satu penyakit paling mematikan di dunia, yakni kanker paru. Bahkan, 1,8 juta di antaranya harus menutup usia karena penyakit ini, melansir data Internasional Globocan 2018.
Organisasi tersebut bahkan menyebutkan kalau kanker paru menjadi jenis kanker yang paling banyak diderita manusia seluruh dunia dibanding kanker lain.
Adapun beberapa fakta tentang kanker paru lainnya yang bisa Anda ketahui. Silakan simak ulasan Kompas.com berikut.
Menurut informasi yang ditulis oleh Kompas.com, Kamis (1/8/2019), gejala kanker paru yang kerap dirasakan pasien di antaranya batuk darah, nyeri dada, batuk terus-menerus, sesak napas, rasa sangat lelah, asma, dan sakit di seluruh tubuh.
Untuk gejala awal tanda munculnya kanker paru, pasien akan mengalami batuk darah dan batuk terus-menerus. Jika mengalami gejala tersebut, ada baiknya pasien segera melakukan pemeriksaan untuk penanganan lebih jauh.
Baca juga: Kanker Paru Pembunuh Pria Dewasa Nomor 1 di Indonesia
Kemudian, untuk gejala tahap lanjutan, pasien akan mengalami iritasi tenggorokan dan menghasilkan lendir akibat batuk yang terus-menerus dialami.
Selain itu, gejala gangguan pernapasan juga kerap ditemukan pada pasien kanker paru. Umumnya, gejala ini muncul akibat tumor yang menghalangi saluran pernapasan.
Rokok menjadi salah satu faktor risiko terbesar dari kanker paru, baik itu perokok aktif maupun perokok pasif. Perlu diketahui, perokok aktif memiliki potensi 14 kali terkena kanker paru, sementara untuk perokok pasif sebesar 4 kali peluang untuk terserang penyakit mematikan ini.
Melansir American Cancer Society, penyebab utama kanker paru akibat asap rokok adalah terpaparnya gas radon. Selain itu, zat karsinogen yang terpapar asbestos dan zat buangan diesel juga bisa menimbulkan kanker paru.
Tak hanya itu, polusi udara yang bersumber dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik industri, dan asap hasil pembakaran rumah tangga juga bisa memicu terkena kanker paru.
Terdapat beberapa metode pengobatan kanker paru yang bisa dijalani pasien, beberapa di antaranya adalah operasi bedah atau kemoterapi.
Untuk metode bedah, jaringan kanker yang hinggap di tubuh pasien akan diangkat melalui prosedur bedah. Biasanya, metode ini dilakukan untuk pasien yang memiliki kanker paru stadium awal dan belum menyebar ke seluruh tubuh.
Selain operasi bedah, kemoterapi juga menjadi metode pengobatan kanker paru yang sering dijalani pasien.
Baca juga: Imunoterapi untuk Kanker Paru Kini Tersedia di Indonesia
Kemoterapi sendiri adalah perawatan standar untuk kanker paru dengan menggunakan obat-obatan tertentu untuk mengurangi atau membunuh sel kanker. Obat biasanya berbentuk pil atau suntikan.
Kendati demikian, metode pengobatan kemoterapi memiliki beberapa efek samping.
Efek samping muncul karena obat-obatan yang dikonsumsi tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki perkembangan pesat, seperti sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut.
Adapun beberapa efek samping yang dialami pasien di antaranya rambut rontok, nyeri di sebagian tubuh, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sesak napas, kelainan detak jantung, dan merasakan lelah serta lesu sepanjang hari.
Selain pengobatan kanker melalui operasi bedah dan kemoterapi, ada pula pengobatan inovatif dengan metode imuno onkologi.
Imuno onkologi adalah pengobatan kanker paru dengan melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali sel kanker sebagai musuh dan menghancurkannya.
Perlu diketahui, metode imuno onkologi sangat minim efek samping seperti pusing dan mual serta tidak menimbulkan toksisitas.
Ada banyak riseti imuno onkologi yang telah dilakukan, salah satunya adalah riset yang diterbitkan University of Wollongong di Australia pada 2019 yang menyatakan bahwa rata-rata tingkat harapan hidup (median overall survival rate) terapi imuno onkologi dapat mencapai hingga 30 bulan.
Baca juga: Imunoterapi Manfaatkan Sel Imun untuk Melawan Kanker
Dalam riset tersebut dinyatakan juga bahwa angka tersebut lebih tinggi sekitar 88 persen dibandingkan dengan rata-rata tingkat harapan hidup pasien dari kemoterapi yang hanya mencapai 14,2 bulan.
Diharapkan, dengan adanya imuno onkologi puluhan ribu penderita kanker paru dapat mendapatkan kualitas pengobatan yang lebih baik.
Kenali gejala kanker paru dan penyebab nya dengan mengunjungi situs www.lawankankerdaridalam.com.