Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perlunya Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru, Kenapa?

KOMPAS.com - Dalam upaya menurunkan prevalensi kanker paru di Indonesia, ahli dan organisasi medis mencanangkan Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru (IPKI).

Gerakan ini dilakukan tidak secara tiba-tiba saja diajukan, melainkan karena melihat situasi pasien kanker, terutama kanker paru di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Agus Dwi Susanto SpP(K), situasi kanker di Indonesia telah memasuki zona serius.

Sebab, angka kunjungan pasien kanker paru telah meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu.

"Jadi, masyarakat sekarang lagi peduli sekali dengan virus corona, tapi saya berharap masyarakat coba membuka diri dengan penyakit mematikan kanker paru ini, karena peningkatannya hampir 10 kali lipat," kata dia.

Dalam menangani kasus kematian dan meningkatnya prevalensi angka kejadian pasien kanker paru, gerakan IPKI lebih berfokus kepada kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait betapa berbahayanya kanker paru ini.

"Tetapi yang penting bukan penanganannya, tetapi pencegahannya," kata Agus dalam acara Harapan dan Tantangan: Penatalaksanaan Kanker Paru di Indonesia, Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Kanker paru juga telah disebutkan sebagai kanker paling mematikan nomor satu yang telah membunuh hampir 1,7 juta orang setiap tahunnya.

Sekitar tahun 1990-an, kata Agus, saat dia masih belajar di kedokteran, dua orang pasien kanker paru itu jadi rebutan dokter untuk dipelajari penanganan, penyebab dan pengobatannya.

Tetapi saat ini, dalam satu bangsal rumah sakit bisa jadi setidaknya ada 24 orang yang terkena kanker paru, bahkan bisa lebih dari itu.

"Kanker paru ini sebagai penyebab mortalitas (kematian) tertinggi, apalagi pada laki-laki," ujarnya.

Gerakan Nasional Indonesia Peduli Kanker Paru ini adalah bentuk kerjasama antara PDPI dan Cancer Information and Support Center (CISC for Lung).

Ketua CISC, Aryanthi Baramuli Putri, melalui gerakan ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan infromasi tentang kanker khususnya kanker paru.

Mulai dari faktor risiko, gejala serta diagnosa dan metode pengobatan yang sesuai dengan pedoman tatalaksananya.

"Mengingat masih tingginya stigma dan mitos tentang kanker paru ini," ujarnya.

Untuk diketahui, 11,2 persen pasien kanker paru adalah perempuan, dan sisanya adalah laki-laki.

Hal ini terjadi karena, kanker paru pada umumnya adalah penyakit ujung saluran pernapasan yang dipicu dari asap rokok atau pun polusi udara. Sementara, di Indonesia hampir 70 persen laki-laki adalah perokok aktif.

Sebagian dari mereka menganggap rokok adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi bukan hanya sekadar mencoba saja, sehingga tidak heran jika kanker paru rentan terjadi pada laki-laki.

https://sains.kompas.com/read/2020/02/12/080300723/perlunya-gerakan-nasional-indonesia-peduli-kanker-paru-kenapa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke