KOMPAS.com - Para ilmuwan selama bertahun-tahun berharap teknologi pengeditan gen CRISPR dapat membantu mengobati semua jenis penyakit, termasuk kanker.
Kabar baiknya, untuk pertama kalinya di Amerika Serikat, para peneliti menemukan sel-sel kekebalan yang diedit CRISPR dapat dengan aman diberikan kepada pasien kanker dan bertahan hingga sembilan bulan.
Dilansir dari Gizmodo (8/2/2020), temuan ini di masa yang akan datang menandakan CRISPR akan menjadi bagian dari pengobatan kanker yakni sebagai imunoterapi.
Gagasan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh manusia agar membantunya melawan kanker bukanlah hal baru. Tetapi, baru-baru ini juga para peneliti mampu membuat kemajuan besar di bidang ini.
Baca juga: Imunoterapi Terbukti Tingkatkan Harapan Hidup Pasien Kanker
Ada beberapa teknik berbeda, namun yang mencuri perhatian adalah yang melibatkan pemrograman ulang pasukan ‘kejut’ pada sistem kekebalan tubuh. Ini dikenal sebagai sel T, untuk menyerang kanker.
Sel T diambil dari darah pasien, lalu tumbuh dan dimodifikasi di laboratorium, sehingga target mereka adalah menyerang sel tumor. Setelah itu, dikembalikan lagi ke dalam tubuh.
Terapi sel T yang direkayasa ini telah dapat memperpanjang usia pasien yang hidup dengan kanker yang tidak dapat diobati, tetapi mereka memiliki kelemahan.
Terkadang, sel T yang berubah dapat memicu kelebihan sistem kekebalan tubuh yang mengancam jiwa.
Baca juga: Studi Terbaru tentang Genom, Pecahkan Misteri Terbentuknya Kanker
Di lain waktu, sel T mungkin tidak bertahan lama dan tidak efektif bekerja dalam melawan sel kanker cukup lama.
Kelemahan yang dihasilkan sel T ini membuat para peneliti mengeksplorasi cara-cara baru dengan memodifikasi sel-T untuk meningkatkan proses pembunuhan kanker dan membuat pasien kanker lebih aman.
Menurut penulis studi Carl June, seorang peneliti kanker di University of Pennsylvania dan salah satu pelopor terapi sel T, salah satu kandidat utama pendorong seperti itu adalah CRISPR.
"CRISPR menjanjikan fleksibilitas untuk dapat (istilahnya) menargetkan beberapa jarum ditumpukan jerami, jika Anda mau," kata June.
Salah satu bidang penelitian imunoterapi sel T, yakni melibatkan modifikasi genetika pada reseptor yang ditemukan di permukaan sel T.
Sehingga mereka dapat lebih mudah mengenali protein spesifik kanker yang dibuat oleh sel tumor, teknik ini dikenal sebagai terapi TCR.
Namun, kendala yang dihadapi terapi TCR dalam percobaan adalah perubahan yang dilakukan pada sel T ini kadang-kadang tidak seaman seharusnya, sebagian karena gangguan dari reseptor yang diekspresikan secara alami oleh sel T.
Baca juga: Deteksi Dini Tingkatkan Angka Harapan Hidup Pasien Kanker, Kok Bisa?