Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ciptakan Perban yang Berubah Warna Saat Bakteri Terdeteksi

Kompas.com - 01/02/2020, 11:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Perban biasanya digunakan untuk membalut luka, tetapi berbeda dengan perban pintar yang diciptakan sekelompok ilmuwan dari China ini.

Melansir Science Alert, Jumat (31/1/2020), para ilmuwan ini mengembangkan smart bandage atau perban pintar yang dapat memberikan sinyal adanya infeksi bakteri.

Perban ini jadi semacam lampu lalu lintas. Saat diketahui ada suatu bakteri, maka perban tersebut akan melepaskan jenis obat yang tepat untuk mengobati infeksi yang terdeteksi.

Diharapkan, melalui perban pintar ini, ke depan dapat membantu melawan resistensi antibiotik. Selain itu, dapat menyembuhkan luka lebih cepat.

Seperti apa cara kerjanya?

Baca juga: Musim Hujan, Waspada Flu dan Infeksi Bakteri Mematikan

Mengadopsi ide dari lampu lalu lintas, perban ini akan berwarna hijau saat bakteri tidak terdeteksi atau dapat juga berarti bakteri dengan konsentrasi rendah.

Sedangkan warna kuning, akan menandakan bakteri sensitif obat atau drug-sensitive (DS) dan responsif terhadap antibiotik standar.

Nantinya, perban i ni akan melepaskan antibiotik untuk mengobati infeksinya.

Namun, ketika perban pintar ini berubah menjadi merah, maka akan menjadi sinyal bakteri yang terdeteksi yakni kebal obat atau drug-resistant (DR).

Tentunya, bakteri ini memerlukan bantuan ekstra untuk memusnahkannya. Semakin kuat warnanya, maka semakin tinggi konsentrasi bakteri tersebut.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Era Awal Antibiotik dari Cawan Bakteri

Perban pintar ini telah diujikan pada seekor tikus. Para peneliti berhasil mengobati infeksi DS dan DR dari bakteri Escherichia coli (E.coli) dengan metode baru tersebut.

Jika resistensi obat terdeteksi, maka sinar cahaya yang intens dapat digunakan untuk mengaktifkan pelepasan oksigen yang sangat reaktif untuk melemahkan bakteri.

Antibiotik akan dilepaskan segera setelah bakteri tersebut terdeteksi.

Oleh karena resistensi antibiotik juga dapat ditangkap, artinya perawatan tambahan dapat diterapkan sebelum bakteri memiliki kesempatan untuk bermutasi.

"Merasakan infeksi bakteri dan pemantauan resistensi obat sangat penting untuk memilih jenis pengobatan yang tepat," tulis para peneliti dari Chinese Academy of Science dalam makalah yang dipublikasikan di ACS Central Science.

Praktis digunakan dan tak perlu biaya mahal

Kendati demikian, para peneliti mengatakan metode umum untuk merasakan resitensi bakteri dibatasi oleh waktu, persyaratan untuk tenaga profesional hingga biaya yang mahal.

"Selain itu, penyalahgunaan antibiotik menyebabkan proses percepatan resistensi bakteri," sambung para peneliti ini.

Perban pintar ini akan sangat mudah digunakan dan dapat mengatasi beberapa keterbatasan tersebut.

Pembalut luka dasar dapat dengan mudah didistribusikan dan menjadi solusi untuk mengatasi bakteri dengan cepat. Tentunya tanpa peralatan atau personil khusus.

Baca juga: Ilmuwan Peringatkan Mutasi Bakteri Pemicu Batuk Rejan, Kenapa?

Perawatan terhadap luka atau infeksi bakteri tidak perlu menunggu diagnosa dokter.

Sebab, perban pintar ini dapat langsung diterapkan, dan akan langsung mengeluarkan obat untuk mengatasi infeksi bakteri yang ditemukan.

Sejauh ini, hanya sejumlah kecil pengujian yang dilakukan, namun banyak potensi dan manfaat yang ada pada perban ini.

Peneliti menilai dibandingkan dengan strategi anti bakteri tradisional berbasisl PDT (terapi fotodinamik), desain perban pintar ini diklaim dapat mengurangi efek samping yang tidak tepat sasaran.

Para peneliti mengaku telah melihat beberapa peningkatan pada perban tradisional dalam beberapa tahun terakhir.

Seperti pengembangan jaring nanofibre yang dapat menarik bakteri dan mempercepat proses penyembuhan.

Bahkan, ada perban baru untuk mengobati luka bakar yang dapat menghentikan bakteri berkembang biak dan menurunkan risiko infeksi.

"Ini adalah cara baru untuk penggunakan antibiotik secara rasional. Mengingat biayanya rendah dan mudah diaplikasikan," tulis para peneliti dalam makalah tersebut.

Baca juga: Studi Terbaru, Bakteri Berubah Bentuk untuk Hindari Antibiotik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com