Kendati demikian, para peneliti mengatakan metode umum untuk merasakan resitensi bakteri dibatasi oleh waktu, persyaratan untuk tenaga profesional hingga biaya yang mahal.
"Selain itu, penyalahgunaan antibiotik menyebabkan proses percepatan resistensi bakteri," sambung para peneliti ini.
Perban pintar ini akan sangat mudah digunakan dan dapat mengatasi beberapa keterbatasan tersebut.
Pembalut luka dasar dapat dengan mudah didistribusikan dan menjadi solusi untuk mengatasi bakteri dengan cepat. Tentunya tanpa peralatan atau personil khusus.
Baca juga: Ilmuwan Peringatkan Mutasi Bakteri Pemicu Batuk Rejan, Kenapa?
Perawatan terhadap luka atau infeksi bakteri tidak perlu menunggu diagnosa dokter.
Sebab, perban pintar ini dapat langsung diterapkan, dan akan langsung mengeluarkan obat untuk mengatasi infeksi bakteri yang ditemukan.
Sejauh ini, hanya sejumlah kecil pengujian yang dilakukan, namun banyak potensi dan manfaat yang ada pada perban ini.
Peneliti menilai dibandingkan dengan strategi anti bakteri tradisional berbasisl PDT (terapi fotodinamik), desain perban pintar ini diklaim dapat mengurangi efek samping yang tidak tepat sasaran.
Para peneliti mengaku telah melihat beberapa peningkatan pada perban tradisional dalam beberapa tahun terakhir.
Seperti pengembangan jaring nanofibre yang dapat menarik bakteri dan mempercepat proses penyembuhan.
Bahkan, ada perban baru untuk mengobati luka bakar yang dapat menghentikan bakteri berkembang biak dan menurunkan risiko infeksi.
"Ini adalah cara baru untuk penggunakan antibiotik secara rasional. Mengingat biayanya rendah dan mudah diaplikasikan," tulis para peneliti dalam makalah tersebut.
Baca juga: Studi Terbaru, Bakteri Berubah Bentuk untuk Hindari Antibiotik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.