Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Asteroid yang Jatuh di Gunung Berapi Asia Tenggara

Kompas.com - 28/01/2020, 19:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di kemudian hari, diketahui tektit Australasia ternyata tersebar di area yang lebih luas lagi, yang mencakup Samudera Indonesia, Samudera Pasifik bagian barat hingga Antartika bagian timur. Area serakan tektit Australasia seluas 150 juta km2, setara sepertiga luas permukaan Bumi, menjadikannya area serakan tektit terluas yang pernah ada.

Namun tidak seperti ketiga area serakan tektit utama lainnya yang masing–masing telah diketahui kawah tumbukan sumbernya, seperti Kawah Chesapeake Bay untuk area serakan tektit Amerika Utara, Kawah Bosumtwi untuk area serakan tektit Pantai Gading dan Kawah Nordlinger Ries bagi area serakan Eropa Tengah, tidak demikian halnya dengan tektit Australasia; di mana kawah tumbukan sumbernya menjadi misteri.

Padahal dengan usia paling muda di antara tektit–tektit utama lainnya, yakni hanya hanya 790.000 tahun, maka kawah tumbukan itu seharusnya masih tersisa di paras Bumi meski terpahat erosi. Kecuali jika tersembunyi oleh suatu alasan.

Di sinilah tim peneliti Earth Observatory of Singapore beserta partner-nya dari Thailand, Laos dan Amerika Serikat menyingkap misteri kawah tersebut. Asteroidnya ternyata jatuh di gunung berapi tak–biasa yang sedang meletus. Setelah Kawah Bolaven terbentuk dan melepaskan dampaknya yang menggidikkan, gunung berapi itu masih terus melanjutkan aktivitas letusannya hingga 770.000 tahun kemudian.

Magma yang dimuntahkannya sangat encer sehingga menyeruak dengan tipe letusan Hawaiian dan Strombolian. Akibatnya, lava basalt mengalir kemana–mana membentuk padang lava luas berhias pusat–pusat erupsi kecil, tanpa bisa membentuk gundukan kerucut tinggi layaknya gunung–gunung berapi di Indonesia.

Lava basalt mengalir menutupi Kawah Bolaven selapis demi selapis hingga akhirnya terkubur sepenuhnya. Bahkan ada indikasi beberapa pusat erupsi gunung berapi tak–biasa ini terhampar tepat di atas kawah yang sudah terkubur.

Meski masih harus diteliti lebih lanjut, termasuk salah satunya mengebor langsung Kawah Bolaven, penemuan ini telah menjawab salah satu tantangan besar dalam keilmuan tumbukan benda langit.

Selain itu, temuan ini mengingatkan kembali bahwa di luar sana, ada potensi bencana geologi yang tak kalah dahsyat dan tak kalah merusak dibanding bencana geologi seperti gempa bumi, letusan gunung berapi dan gerakan tanah; yakni bencana geologi akibat tumbukan benda langit, baik dari asteroid maupun komet.

Hingga 26 Januari 2020, telah ditemukan 2018 butir asteroid dekat–Bumi yang berpotensi bahaya (diameter > 100 meter, jarak terdekat ke Bumi < 7,48 juta kilometer). Mengenali ciri khas jejak tumbukan benda langit menjadi salah satu komponen guna menyusun mitigasi bencana tumbukan benda langit.

Dengan harapan, jika asteroid / komet yang akan jatuh menumbuk itu besar sekali, umat manusia tak mengalami nasib seperti kawanan dinosaurus yang perkasa namun tak berdaya menghadapi tumbukan asteroid 65 juta tahun silam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com