Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawah Bekas Benturan Asteroid 2,2 Miliar Tahun Lalu Ditemukan di Australia

Kompas.com - 23/01/2020, 09:09 WIB
Monika Novena,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG,BBC

KOMPAS.com - Lebih dari 2 miliar tahun lalu, asteroid menghantam Bumi dan menciptakan kawah dengan diameter 70 kilometer.

Dan baru-baru ini, ilmuwan baru saja mengetahui kalau kawah yang terdapat di Yarrabubba, Australia Barat, adalah kawah bekas benturan asteroid tertua di dunia.

Dilansir Phys.org, Selasa (21/1/2020), kesimpulan itu didapat setelah peneliti melakukan pengujian mineral yang ditemukan dalam batuan di kawah.

Tim memeriksa kristal zirkon dan monasit yang di dapat dari bebatuan di lokasi. Mineral ini dapat berfungsi layaknya cincin pohon.

Baca juga: Kepunahan Dinosaurus Dipicu Asteroid Berkekuatan 10 Miliar Bom Atom

Kristal-kristal ini menyimpan sejumlah kecil uranium. Karena uranium meluruh menjadi timbal pada kecepatan yang konsisten, para peneliti dapat menghitung berapa usia kawah.

Hasilnya, ilmuwan mengidentifikasi kawah asteroid berusia setidaknya 2,2 miliar tahun lalu atau 200 juta tahun lebih tua dari situs serupa di Bumi, yakni Vredefort Dome di Afrika Selatan.

Identifikasi juga menunjukkan kalau benturan itu bertepatan dengan periode ketika Bumi keluar dari periode Snowball Earth atau saat hampir seluruh permukaan planet membeku dan berselimut salju.

Hal tersebut, menurut peneliti memunculkan kemungkinan menarik bahwa dampak masif itu dapat secara signifikan mengubah iklim Bumi dan membantu mengakhiri periode Snowball Earth. Dan pada gilirannya mengakibatkan planet menjadi lebih hangat.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, Rabu (22/1/2020) ini menyebut pula kalau kawah sebenarnya sudah ditemukan tahun 1979. Namun saat itu, ahli geologi belum menguji berapa umurnya.

Salah satu alasannya adalah situs cenderung tidak terpelihara dengan baik karena erosi dan peristiwa tektonik seperti gempa bumi. Hal tersebut sampai membuat kawah tak terlihat oleh mata.

Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Perbedaan Asteroid, Komet, dan Meteor

"Bentang alamnya sebenarnya sangat datar karena sangat tua, tetapi bebatuan di sana berbeda," kata Chris Kirkland, peneliti yang terlibat dalam studi ini, seperti dilansir BBC, Rabu (22/1/2020).

Kirkland juga menambahkan bila mungkin saja masih ada kawah lain yang lebih tua di luar sana. Hanya tinggal menunggu untuk ditemukan.

"Tetapi kesulitannya adalah peneliti harus berlomba sebelum digerus erosi," ungkap Kirkland.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber PHYSORG,BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com