KOMPAS.COM - Sebentar lagi, kita akan memperingati Hari Gizi Nasional pada 25 Januari. Gizi pada Sumber Daya Manusia merupakan hal yang penting disorot karena menjadi faktor penentu kekuatan sebuah negara, lembaga, maupun perusahaan.
Bahkan, seorang anak harus diperhatikan gizinya sejak periode awal kehidupan dimulai, yaitu saat di dalam kandungan hingga dua tahun pertama setelah kelahiran. Periode ini sering disebut 1000 HPK (Seribu Hari Pertama Kehidupan).
Lalu, mengapa hal tersebut penting untuk diperhatikan?
Menurut dr Maria J. Adrijanti, Health Team Leader Wahana Visi Indonesia (WVI), 1.000 hari pertama kelahiran (HPK) adalah periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Baca juga: 3 Manfaat Haisom, Olahan Teripang Kaya Gizi yang Disajikan saat Imlek
Jika pada periode ini janin pada kandungan Anda tidak mendapat gizi yang baik dan tepat, maka janin Anda akan mengalami gangguan pada tumbuh kembangnya yang bersifat permanen dan sulit diperbaiki setelah berusia dua tahun.
"Kalau kita bangun rumah, 1.000 hari pertama ini adalah fondasinya. Kalau fondasinya kuat, kita akan menjadi sumber manusia yang unggul," ujar Janti pada diskusi ToWer (Together Empower) yang digelar oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) di Jakarta, Kamis (23/01/2020).
Seorang janin atau baduta (anak usia bawah dua tahun) yang mengalami gangguan gizi kronis akan memiliki dampak jangka pendek, yaitu mengalami gangguan perkembangan otak dan pertumbuhannya sehingga membuat rendahnya kemampuan kognitif dan daya tahan kemampuan kerjanya.
Sebaliknya, jika janin atau baduta mengalami kelebihan gizi atau kegemukan, maka jangka pendeknya akan mengalami gangguan metabolisme di dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko diabetes, obesitas, penyakit jantung, hipertensi, kenker, stroke, dan disabilitas saat lansia.
Bahkan, jika mengalami gizi akut atau kurus, dapat berujung pada kematian janin atau baduta.
Baca juga: Kebersihan Peralatan Menyusui dan Makanan, Bantu Tumbuh Kembang Bayi
Oleh karena itu, sebelum janin atau baduta mendapat gizi yang tepat, maka secara khusus ibu yang mengandungnya juga harus diperhatikan gizinya.
Hal ini dikarenakan, jika seorang perempuan dewasa kekurangan gizi, seperti rendahnya berat badan dan pendek, akan berisiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jika kondisi ini tidak segera dipulihkan, maka seluruh anak intergenerasi akan memiliki postur badan yang pendek dan berat badan yang kurang.
Dalam hal ini, Wahana Visi Indonesia berperan sebagai salah satu yayasan yang ingin mendukung pemutusan rantai kekurangan gizi pada 1000 HPK melalui Gerakan 1000 HPK secara intervensi program gizi spesifik (langsung) dan program gizi sensitif (tidak langsung) di Indonesia.
"Lebih baik kita mencegah dan lebih baik kita membangun kapastitas diri kita," tutup Janti.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.