KOMPAS.com - Keragaman pangan Indonesia ternyata masih bisa dieksplore lebih lagi, terutama dari makanan berbahan dasar sagu empulur.
Selain sagu dianggap berpotensi dapat mengatasi kebutuhan pangan di seluruh Indonesia, bahkan juga bisa berkontribusi untuk menjawab kebutuhan pangan dunia.
Namun, masyarakat hanya mengingat sagu sebagai bahan dasar pembuatan Papeda khas Papua, atau hanya menjadi bahan tambahan untuk membuat makanan khas lain seperti Pempek dari Palembang.
Lantas bisakah sagu dijadikan sumber olahan yang beragam?
Baca juga: Sagu Papua untuk Kebutuhan Pangan Indonesia dan Dunia
Menjawab hal itu, Peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Kementerian Pertanian, Endang Yuli Purwani meyakini, karakteristik rasa dan tekstur dari sagu (pati empulur) sangat mampu untuk dapat dijadikan bahan utama berbagai olahan makanan.
Dalam anatomi tumbuhan, empulur adalah bagian terdalam dari batang tumbuhan berpembuluh. Empulur biasanya berupa jaringan lunak agak kering, kadang-kadang berongga kecil-kecil.
"Jadi malah rasa hambar dari sagu ini bisa lebih mudah jika diolah dengan berbagai campuran lainnya, selain dari banyak manfaat dari sagu itu sendiri ya," kata Endang dalam acara peluncuran Buku Sagu Papua untuk Dunia di Jakarta, Senin (25/11/2019).
Menurut Endang, saat ini juga sudah banyak alternatif makanan olahan dari sagu yang dapat dinikmati, selain makanan khas Papeda. Banyak restoran juga sudah melek sagu dan membuat aneka makanan dari bahan ini.
Ada banyak olahan sagu yang dapat dinikmati, selain makanan khas Papua, Papeda.
Saat ini juga sudah ada banyak restoran yang melek sagu dan membuat aneka kudapan dari bahan satu ini.
Dua makanan tradisional berikut juga menggunakan bahan sagu:
1. Jenang mutiara
Beberapa olahan tersebut seperti, sagu mutiara berupa produk sagu yang dijadikan seperti bubur manis dengan disajikan bersama santan dan gula.
2. Kue bagea