Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Krisis Iklim dalam Satu Dekade Terakhir

Kompas.com - 02/01/2020, 07:02 WIB
Inang Sh ,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

2015

Para pemimpin dunia dari 196 negara akhirnya berkumpul untuk membahas krisis iklim. Pertemuan yang disebut Perjanjian Paris tersebut menyepakati rumusan untuk mencegah kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2 derajat Celsius dan berusaha membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celsius.

Untuk itu, tiap Negara pun diminta untuk memastikan, merencanakan, dan melaporkan secara berkala agendanya untuk mendukung mitigasi krisis iklim.

2016

Beberapa negara yang meratifikasi Perjanjian Paris memulai langkah besar dengan membangun instalasi energi bersih. Namun, pemanasan global terus berjalan dan mengakibatkan kebakaran liar di Amerika Serikat, hujan ektrem di China, hingga kekeringan di Afrika Selatan.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Ukuran Burung Kian Menyusut

Tak hanya itu, Karang Penghalang Besar di Australia juga dilaporkan sekarat dengan pemutihan karang akibat memanasnya air laut. Keadaan ini disebut akan merusak ekosistem perikanan dan memperburuk risiko gelombang air laut, badai, hingga pencemaran laut.

2017

Selama tahun ini, rata-rata suhu global tanah dan permukaan air laut berada pada 0.84 derajat Celsius, atau ketiga terpanas di belakang tahun 2016 di urutan pertama dan 2015 di posisi kedua.

Akibatnya, satu triliun ton gunung es di Antartika meleleh dan berkontribusi pada banjir besar mematikan di Filipina, Vietnam, Yunani, hingga Jerman.

Keadaan ini diperparah dengan Amerika Serikat yang menarik diri dari Perjanjian Paris.

2018

IPCC melaporkan dampak yang akan terjadi jika bumi memanas dengan 2 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri akan jauh lebih besar ketimbang bumi yang memanas 1,5 derajat Celsius.

Baca juga: 11.000 Ilmuwan Sepakat, Perubahan Iklim Sudah Darurat dan Global

Bila suhu memans 2 derajat Celsius, krisis iklim akan didorong pada kondisi ektrem yang belum pernah dialami manusia sebelumnya.

Selain itu, permukaan air laut akan naik sebesar 10 centimeter dan akan berdampak pada 10 juta manusia dan memicu kepunahan masal pada spesies tertentu.

2019

The Guardian melaporkan 15 musibah seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran liar yang terjadi selama tahun ini menelan kerugian sebesar 1 miliar dollar AS.

Selain itu, banjir di Argentina dan Uruguay memaksa 11.000 orang meninggalkan rumahnya. Di Afrika, siklon Idai menelan korban jiwa sebanyak 1.300 orang dari Zimbabwe, Mozambik, dan Malawi. Di Brazil, hutan Amazon terbakar sepanjang tahun dan menghanguskan 14 juta hektar lahan.

Baca juga: Terburuk sejak 2015, Karhutla Ancam Orangutan hingga Perburuk Perubahan Iklim Dunia

Sementara itu, acara U.N. Climate Action Summit (23/9/2019) diwarnai “drama” di mana aktivis cilik Greta Thunberg mendesak para pemimpin dunia untuk serius menangani krisis iklim.

“Kita (sedang) berada di ujung kepunahan masal, tapi yang kalian (terus) bicarakan hanya uang dan dongeng tentang pertumbuhan ekonomi. Berani-beraninya kalian!” tegas Greta kesal.

Kini, kita semua berhadapan dengan tahun yang baru, 2020. Dampak apa yang akan terjadi pada tahun ini sebagai pengaruh rentetan kejadian satu dekade tersebut? 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com