Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Musim Hujan Mundur, Benarkah Terkait Perubahan Iklim?

Kompas.com - 02/12/2019, 18:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan, kedatangan awal musim hujan akan mengalami kemunduran di sebagian besar wilayah Indonesia.

Sebagian wilayah pulau Jawa akan memasuki musim hujan pada Dasarian I (10 hari pertama) dan Dasarian II (10 hari kedua) bulan Desember.

Beberapa pembaca Kompas.com berspekulasi, ini ada hubungannya dengan perubahan iklim.

Benarkah hal tersebut?

Baca juga: Resmi Mundur, Ini Prediksi Terbaru Awal Musim Hujan di Indonesia

Adi Ripaldi, Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG mengatakan, penelusuran sejauh ini belum mengerucut perubahan iklim sebagai penyebab mundurnya musim hujan.

"Assesment kita (BMKG) belum mengerucut bahwa perubahan iklim sebagai penyebabnya," kata Adi dihubungi Kompas.com, Senin (2/12/2019).

Meski belum diketahui apakah perubahan iklim punya andil dalam hal ini, Adi mengatakan, tren selama 10 tahun terakhir menunjukkan pergeseran untuk awal musim hujan di Indonesia.

Dia memberi contoh, yang semula awal musim hujan berada di bulan Oktober bergeser ke November, kemudian dari November menjadi Desember. Ini seperti kemunduran awal musim hujan yang terjadi tahun ini.

"Kecuali ada gangguan fenomena iklim skala luas yang kuat seperti La Nina, maka awal musim hujan kita justru akan hadir lebih awal atau maju," terang Adi.

Tren pergeseran musim tak hanya terjadi pada masuknya awal musim hujan. Pergeseran juga berlaku untuk awal musim kemarau.

"Secara tren, musim kemarau juga mengalami shifthing atau bergeser menjadi lebih maju atau awal. Apalagi pada saat ada gangguan el nino seperti tahun 2015 dan 2019," ungkap Adi.

Tentang El Nino dan La Nina

Untuk diketahui, El Nino Southern Oscillation (ENSO) adalah fenomena global dari sistem interaksi laut dan atmosfer yang dikenali dengan menggunakan anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah.

Jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas) hingga melebihi ambang batas (lebih panas dari rata-rata) maka disebut El Nino.

Sementara, jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut negatif (lebih dingin), maka disebut La Nina.

Dijelaskan Adi, secara umum El Nino berdampak pada berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau