Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Pohon Natal, Kenapa Harus Cemara?

Kompas.com - 25/12/2019, 10:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Pohon cemara dengan hiasan berkilau dan indah selalu identik dengan perayaan natal.

Namun, kenapa pohon cemara selalu dipasang saat natal? Dari mana asal usulnya?

Hal ini tak lepas dari budaya pagan dan kiprah Ratu Victoria, penguasa paling kuat pada masanya.

Paganisme adalah sebuah istilah yang pertama kali muncul di antara komunitas Kristen di Eropa bagian selatan selama Abad Kuno Akhir untuk membedakan dengan agama lain seperti Yudaisme dan Islam.

Berikut ini adalah asal usul pohon Natal seperti dilansir ZME Science.

Baca juga: 3 Hal dari Natal yang Bisa Sebabkan Kurang Tidur

Tradisi kuno

Jauh sebelum agama Kristen muncul, orang-orang di belahan bumi utara menggunakan tanaman hijau untuk menghiasi rumah, terutama pintu.

Hal ini biasanya dilakukan untuk merayakan Winter Solctice yang jatuh pada 21 atau 22 Desember.

Di hari Winter Solctice, siang hari sangat singkat dan malam hari jauh lebih panjang dibanding hari lain.

Masyarakat di masa lalu percaya, ini adalah saat-saat kekuatan dewa matahari kembali setelah melemah selama musim dingin.

Oleh karena itu, masyarakat menghiasi rumah dengan tanaman hijau sebagai pengingat bahwa matahari akan bersinar lagi dan musim panas segera datang.

Orang Mesir kuno juga merayakan titik balik matahari. Mereka menghiasi rumah dengan pohon palem hijau untuk menghormatid dewa Ra yang memiliki kepala elang dan bermahkota matahari.

Di Eropa Utara, orang Yunani Kuno menghiasi kuil-kuil druid edengan dahan hijau. Ini adalah simbol kehidupan abadi.

Lebih jauh ke utara, ada orang Viking yang meyakini pohon hijau sebagai Balder, dewa cahaya dan kedamaian.

Bangsa Romawi kuno dan Celtic menandai Winter Solstice dengan pesta yang disebut Saturnalia untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian. Mereka menghias rumah dan kuil dengan dahan hijau.

Pesta Saturnalia merupakan perayaan paling penting bagi kehidupan Romawi. Itu adalah perayaan tanpa hukum yang berlangsung selama seminggu, sejak 17 sampai 25 Desember.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau