Barang siapa melakukan kejahatan ditanggal itu, dia bebas dari hukuman. Meski telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan, mencuri, dan hal-hal lain yang melanggar hukum.
Meski banyak kejahatan dalam pekan ini, penduduk juga memanfaatkan pesta Saturnalia untuk berbagi kebaikan. Banyak orang Romawi kuno bertukar hadiah saat perayaan ini.
Hal ini kedengaran tak asing bukan?
Ya, ini mirip perayaan Natal yang masih diwariskan hingga hari ini. Suka cita, berbagi kebaikan, dan tak lupa bertukar hadiah.
Pada masa awal agama Kristen masuk, kelahiran Yesus ditetapkan pada hari terakhir Saturnalia oleh penguasa Romawi Kristen awal untuk mendekati kaum pagan yang masih menyembah berhala.
Secara tidak langsung, ini hanya merupakan taktik politik yang pada akhirnya mengubah pesta Saturnalia menjadi perayaan kelahiran Yesus.
Padahal, para ahli kitab suci telah menyatakan bahwa Yesus lahir sembilan bulan kemudian, atau di bulan September.
Lantas, kenapa ada pohon cemara saat natal?
Banyak budaya kuno menggunakan pepohonan saat Natal. Catatan sejarah menunjukkan, tradisi pohon Natal dimualai pada abad ke-16 oleh orang Jerman yang menghias pohon cemara di dalam rumah.
Dalam beberapa kultus Kristen, Adan dan Hawa dianggap orang suci dan dibuat perayaannya setiap malam Natal.
Selama abad ke-16, akhir Abad Pertengahan, ada banyak pertunjukkan untuk merayakan hari Adam dan Hawa. Salah satunya menceritakan kisah penciptaan.
Untuk merayakan hal ini, Taman Eden dilambangkan dnegan pohon surga yang digantungi buah-buahan.
Namun ahli rohaniwan menganggap ini sebagai penyembahan berhala. Maka, beberapa orang mulai mengumpulkan pohon atau ranting dahan berwarna hijau secara diam-diam. Salah satu pohon yang dibawa ini adalah cemara.
Pohon cemara atau yang disebut pohon surga, dihias dengan piramida kayu kecil.
Di dalam piramida itu, akan diisi oleh lilin menyala. Ini adalah pelopor dari lampu kemerlap dan ornamen pohon Natal modern.