Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penemuan yang Mengubah Dunia: Pohon Natal, Kenapa Harus Cemara?

KOMPAS.com - Pohon cemara dengan hiasan berkilau dan indah selalu identik dengan perayaan natal.

Namun, kenapa pohon cemara selalu dipasang saat natal? Dari mana asal usulnya?

Hal ini tak lepas dari budaya pagan dan kiprah Ratu Victoria, penguasa paling kuat pada masanya.

Paganisme adalah sebuah istilah yang pertama kali muncul di antara komunitas Kristen di Eropa bagian selatan selama Abad Kuno Akhir untuk membedakan dengan agama lain seperti Yudaisme dan Islam.

Berikut ini adalah asal usul pohon Natal seperti dilansir ZME Science.

Tradisi kuno

Jauh sebelum agama Kristen muncul, orang-orang di belahan bumi utara menggunakan tanaman hijau untuk menghiasi rumah, terutama pintu.

Hal ini biasanya dilakukan untuk merayakan Winter Solctice yang jatuh pada 21 atau 22 Desember.

Di hari Winter Solctice, siang hari sangat singkat dan malam hari jauh lebih panjang dibanding hari lain.

Masyarakat di masa lalu percaya, ini adalah saat-saat kekuatan dewa matahari kembali setelah melemah selama musim dingin.

Oleh karena itu, masyarakat menghiasi rumah dengan tanaman hijau sebagai pengingat bahwa matahari akan bersinar lagi dan musim panas segera datang.

Orang Mesir kuno juga merayakan titik balik matahari. Mereka menghiasi rumah dengan pohon palem hijau untuk menghormatid dewa Ra yang memiliki kepala elang dan bermahkota matahari.

Di Eropa Utara, orang Yunani Kuno menghiasi kuil-kuil druid edengan dahan hijau. Ini adalah simbol kehidupan abadi.

Lebih jauh ke utara, ada orang Viking yang meyakini pohon hijau sebagai Balder, dewa cahaya dan kedamaian.

Bangsa Romawi kuno dan Celtic menandai Winter Solstice dengan pesta yang disebut Saturnalia untuk menghormati Saturnus, dewa pertanian. Mereka menghias rumah dan kuil dengan dahan hijau.

Pesta Saturnalia merupakan perayaan paling penting bagi kehidupan Romawi. Itu adalah perayaan tanpa hukum yang berlangsung selama seminggu, sejak 17 sampai 25 Desember.

Barang siapa melakukan kejahatan ditanggal itu, dia bebas dari hukuman. Meski telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan, mencuri, dan hal-hal lain yang melanggar hukum.

Meski banyak kejahatan dalam pekan ini, penduduk juga memanfaatkan pesta Saturnalia untuk berbagi kebaikan. Banyak orang Romawi kuno bertukar hadiah saat perayaan ini.

Hal ini kedengaran tak asing bukan?

Ya, ini mirip perayaan Natal yang masih diwariskan hingga hari ini. Suka cita, berbagi kebaikan, dan tak lupa bertukar hadiah.

Pada masa awal agama Kristen masuk, kelahiran Yesus ditetapkan pada hari terakhir Saturnalia oleh penguasa Romawi Kristen awal untuk mendekati kaum pagan yang masih menyembah berhala.

Secara tidak langsung, ini hanya merupakan taktik politik yang pada akhirnya mengubah pesta Saturnalia menjadi perayaan kelahiran Yesus.

Padahal, para ahli kitab suci telah menyatakan bahwa Yesus lahir sembilan bulan kemudian, atau di bulan September.

Pohon cemara dan natal

Lantas, kenapa ada pohon cemara saat natal?

Banyak budaya kuno menggunakan pepohonan saat Natal. Catatan sejarah menunjukkan, tradisi pohon Natal dimualai pada abad ke-16 oleh orang Jerman yang menghias pohon cemara di dalam rumah.

Dalam beberapa kultus Kristen, Adan dan Hawa dianggap orang suci dan dibuat perayaannya setiap malam Natal.

Selama abad ke-16, akhir Abad Pertengahan, ada banyak pertunjukkan untuk merayakan hari Adam dan Hawa. Salah satunya menceritakan kisah penciptaan.

Untuk merayakan hal ini, Taman Eden dilambangkan dnegan pohon surga yang digantungi buah-buahan.

Namun ahli rohaniwan menganggap ini sebagai penyembahan berhala. Maka, beberapa orang mulai mengumpulkan pohon atau ranting dahan berwarna hijau secara diam-diam. Salah satu pohon yang dibawa ini adalah cemara.

Pohon cemara atau yang disebut pohon surga, dihias dengan piramida kayu kecil.

Di dalam piramida itu, akan diisi oleh lilin menyala. Ini adalah pelopor dari lampu kemerlap dan ornamen pohon Natal modern.

Beberapa orang percaya, orang pertama yang menyalakan lilin di atas pohon Cemara bernama Martin Luther.

Konon katanya, suatu malam menjelang Natal Luther pulang melewati hutan. Saat itu dia terpesona dengan pohon cemara yang bermandikan cahaya bintang.

Karena dia ingin membagikan hal itu dengan keluarganya, Luther kemudian menebang sebuah pohon cemara dan membawanya pulang. Dia meletakkan lilin kecil di cabang sebagai simbol dari langit Natal yang dilihatnya.

Namun yang pasti, pada 1605 sejarah mencatat bahwa penduduk Strasburg mengatur pohon cemara di ruang tamu. Pada pohon cemara itu digantung aneka hiasan seperti kertas berwarna, apel, wafer, kertas emas, permen, dan lainnya.

Awalnya banyak negarawan dan tokoh rohaniwan yang melarang penggunaan pohon cemara sebagai perayaan Kristus.

Tradisi pohon Natal di era modern

Jika tak ada ratu Victoria, mungkin tradisi menata kado natal di bawah pohon tak akan ada.

Pada 1800-an imigran Jerman membawa tradisi pohon Natal masuk ke Inggris. Namun hal ini tak sesuai dengan penduduk setempat.

Pada 1846, London Illustrated News menggambarkan kebersamaan natal keluarga penguasa Inggris. Ratu Victoria dan suaminya yang berkebangsaan Jerman Albert, beserta anak-anaknya berkumpul di sekitar pohon cemara behiaskan ornamen di setiap cabangnya. Gambar ini diambil di Istana Windsor.

Sejak saat itu, tradisi ini diikuti penduduk setempat.

Tradisi ini sama sekali tidak populer di Amerika, meski orang Belanda dan Jerman telah memperkenalkannya. Mereka tidak terpengaruh Ratu.

Namun, para pemimpin sipil Amerika, seniman, dan penulis mulai memperkenalkan kebiasaan Natal berkumpul di tengah keluarga. Hal ini untuk mengganti kebiasaan lama yang dianggap kuno, misalnya pergi berlayar.

Gambar yang berpusat pada keluarga ini semakin diperkuat oleh puisi yang sangat populer yang ditulis oleh Clement Moore pada tahun 1822 yang dikenal sebagai "Twas the Night Before Christmas". Puisi yang sama menyulap gambar modern Santa Claus.

Butuh waktu lama sebelum pohon Natal menjadi bagian integral dari kehidupan Amerika selama malam yang setia ini. Presiden Franklin Pierce (1804-1869) mengatur untuk memiliki pohon Natal pertama di Gedung Putih, selama pertengahan 1850-an.

Presiden Calvin Coolidge (1885-1933) memulai Upacara Penerangan Pohon Natal Nasional di halaman Gedung Putih pada tahun 1923.

Meskipun secara tradisional tidak semua budaya Kristen menghiasi rumah mereka dengan pepohonan dan hadiah, pengaruh yang diberikan oleh Barat dan meningkatnya konsumerisme telah mengubah pohon Natal menjadi simbol di mana-mana.

Pohon Natal telah berkembang jauh dari asal-usulnya yang dianggap menyembah berhala menjadi suatu kebaikan yang sangat populer.

https://sains.kompas.com/read/2019/12/25/100300923/penemuan-yang-mengubah-dunia--pohon-natal-kenapa-harus-cemara-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke