KOMPAS.com - Pada 2013 ada studi yang berteori bahwa selai kacang bisa dijadikan alat tes untuk mendiagnosis alzheimer, penyakit yang merusak memori dan fungsi mental.
Studi ini tentu saja menimbulkan sensasi, terlebih ketika banyak media mulai mengutip riset tersebut, termasuk Washington Post, yang kembali mengangkat tema ini tahun lalu.
Namun benarkah diagnosis penyakit bisa dilakukan dengan cara yang sangat sederhana ini?
Baca juga: Teknologi Baru Ini Bantu Ahli Deteksi Alzheimer Lewat Bola Mata
Untuk tes, pasien diminta mencium aroma selai kacang secara bergantian dengan lubang hidung kiri dan kanan. Ketika pasien mencium selai kacang dengan hidung kiri, hidung kanannya ditutup rapat. Begitupun sebalik.
Pasien mulai mengendus aroma selai kacang pada jarak 30 sentimeter.
Lalu jarak dikurangi satu sentimeter untuk setiap langkah, sehingga pasien dapat mengindentifikasi aroma produk.
Menurut studi tahun 2013 itu, penciuman pasien Alzheimer memiliki kekhasan.
Lubang hidung kiri secara signifikan lebih buruk daripada lubang hidung kanan.
Para peneliti mengaitkan hal ini dengan fakta bahwa bagian kiri lobus frontal otak lebih banyak dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer.
Indera penciuman juga ada di bagian otak ini.
Namun menurut Richard Dodel, Profesor bidang Geriatrik di Universitas Duisburg-Essen, Jerman, penjelasannya tidak semudah itu.
"Studi ini dilakukan dengan subyek uji yang terlalu sedikit dan prosedurnya tidak cukup standar," ia mengkritik.
Sebagai contoh, penelitian ini, hanya memiliki 92 subyek dan tidak memiliki informasi tentang merek selai kacang yang digunakan.
"Komposisi minyak dapat membuat perbedaan besar dalam persepsi," jelas Dodel.
Ada juga banyak kemungkinan hal lain yang menyebabkan indra penciuman terbatas.