Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Baru Ini Bantu Ahli Deteksi Alzheimer Lewat Bola Mata

Kompas.com - 13/07/2019, 10:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan di Chicago, AS, berhasil mendeteksi gejala awal penyakit degeneratif progresif otak alias Alzheimer dari bola mata seseorang.

Dilansir dari Daily Mail, penelitian ini mengungkapkan bahwa orang dengan gejala awal penurunan kognitif memiliki jumlah pembuluh darah kapiler di belakang mata yang jauh lebih kecil dibanding pada orang sehat.

Temuan ini memperkuat bukti studi sebelumnya yang menunjukkan perubahan pada pembuluh darah kapiler bisa menjadi celah untuk perubahan di otak.

Penelitian ini masih terus berlanjut. Akan tetapi, para ilmuwan mengungkapkan bahwa suatu suatu hari nanti Alzheimer tahap awal bisa dideteksi melalui tes mata.

Baca juga: Selain Bersihkan Area Mulut, Gosok Gigi Bisa Turunkan Risiko Alzheimer

Untuk menunjang penelitian ini, Northwestern University, Chicago, merekrut 32 peserta yang menjalani tes otak untuk melihat seberapa baik ingatan mereka.

Peserta yang mengalami penurunan kognitif kemudian dicocokkan dengan orang-orang berumur sepantaran, jenis kelamin, dan ras yang memiliki kognitif otak bagus.

Diketahui, setiap orang memiliki citra iris mata pada indera penglihatannya. Namun, bagi orang yang memiliki gangguan kognitif, mereka memiliki lebih sedikit kapiler pada retina matanya.

Menggunakan teknologi baru

Dalam laporan yang terbit di PLoS One, para ahli mengungkap bagian belakang mata dapat dilihat menggunakan teknologi baru yang disebut angiografi OCT.

Teknologi ini dapat menunjukkan perubahan kapiler dengan tingkat kerincian yang tinggi.

"Alat ini mampu mencerminkan apa yang terjadi di otak, misalnya peradangan yang merusak pembuluh darah kecil," ujar pemimpin penelitian Dr Sandra Weintraub.

Selain itu, seorang penulis senior Profesor Amani Fawzi mengungkapkan bahwa setelah hasil penelitiannya divalidasi, pendekatan ini berpotensi memberikan jenis biomarker tambahan untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi berkembang menjadi Alzheimer.

"Orang-orang ini dapat diikuti perkembangannya dengan lebih dekat dan bisa menjadi kandidat utama untuk terapi baru yang bertujuan memperlambat perkembangan penyakit atau mencegah timbulnya demensia terkait dengan Alzheimer," ujar Prof Amani Fawzi.

Menurut Fawzi, terapi untuk Alzheimer lebih efektif dijalankan sebelum penderita mengalami kerusakan otak yang meluas dan penurunan kognitif.

Diketahui bahwa pasien Alzheimer mengalami penurunan aliran darah pada retina dan kepadatan pembuluh.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau