Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianjurkan Menteri Susi, Makan Ikan Ternyata Turunkan Risiko Alzheimer

Kompas.com - 26/02/2018, 21:32 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Newsweek

KOMPAS.com - Anda mungkin akrab dengan anjuran Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tentang makan ikan. Susi menganjurkan konsumsi ikan selain untuk membantu para nelayan, juga karena ikan memang tinggi protein.

Saking tingginya protein yang terkandung dalam ikan, sebuah penelitian terbaru menyebut jenis makanan ini bsa menghindarkan kita terhadap penyakit alzheimer.

Sebuah penelitian di Australia menemukan hubungan antara asupan protein tinggi dengan tingkat yang lebih rendah dari protein berbahaya dalam otak. protein berbahaya dalam otak atau yang dikenal sebagai beta amyloid inilah yang merupakan penyebab alzheimer.

Untuk mendapat temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Alzheimer's Disease ini , para peneliti melihat pola makan dari 541 orang tua normal yang tidak mengalami penurunan memori. Para peneliti juga mengukur tingkat beta amyloid dari otak para relawan melalui biomarker di darah mereka.

Baca juga: Benarkah Pasien Kanker Pantang Makan Daging dan Ikan?

Selanjutnya, para relawan dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan jumlah asupan protein yang mereka konsumsi.

Hasilnya, individu yang mengonsumsi protein tertinggi (sekitar 118 gram sehari) 12 kali lebih kecil kemungkinannya memiliki beta amyloid dalam jumlah banyak.

Sebenarnya, beta amyloid merupakan protein alami dalam tubuh manusia. Sayangnya, jika protein "jahat" ini mengumpul di otak maka akan menimbulkan plak.

Plak ini kemdian mengelilingi sel saraf dan mengganggu komunikasi sel otak. Tak hanya itu, menurut laporan Alzheimer's Association, plak juga bisa memicu reaksi autoimun sehingga menyebabkan sistem kekebalan tubuh menghilang dari sel otak.

Tingkat beta amyloid yang tinggi ini juga dianggap sebagai pendahulu penyakit alzheimer.

"Penelitian ini dengan jelas menunjukkan bahwa semakin banyak protein yang dikonsumsi, semakin rendah kemungkinan seseorang memiliki tingkat beta amyloid yang tinggi pada otak, yang terkait dengan rendahnya risiko alzheimer di masa depan," ungkap Binosha Fernando, peneliti utama penelitian ini dikutip dari Newsweek, Jumat (23/02/2018).

Sayangnya, penelitian ini tidak bisa menjelaskan alasan konsumsi lebih banyak protein bisa menurunkan risiko seseorang terkena penyakit alzheimer. Meski begitu, Fernando yang merupakan rekan peneliti pos-doktoral dalam bidang neuroscience di Edith Cowan University ini menduga hal ini terkait efek protein dalam tekanan darah.

Pada penelitian terdahulu, ditemukan bahwa diet tinggi protein dapat menurunkan tekanan darah. Dalam penelitian yang sama, ditunjukkan bahwa tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko penyakit alzheimer.

Baca juga: Jangan Percaya Mitos, Minyak Hati Ikan Hiu Tak Sembuhkan Kanker

Ini mungkin merupakan hubungan antara diet tinggi protein dengan kesehatan otak. Untuk memastikannya, Fernando menyarankan penelitian lanjutan.

Manfaat Kesehatan Lain

Selain menurunkan risiko Alzheimer, konsumsi protein tinggi juga dikaitkan dengan banyak menfaat kesehatan lain.

Pada penelitian tahun 2006 misalnya, menemukan bahwa protein mampu membantu mengurangi rasa lapar. Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Cell Metabolism ini juga menyebut, hal tersebut terkait erat dengan pengaturan berat badan.

Penelitian lain di tahun yang sama juga mengungkapkan manfaat protein bagi tubuh. Penelitian tersebut mengungkap bahwa protein membantu tubuh pulih lebih cepat pasca-cedera.

Melihat potensi protein tinggi terhadap kesehatan ini, Fernando berencana melakukan penelitian lanjutan untuk melihat efek protein terhadap risiko alzheimer. Rencananya, penelitian tersebut akan membahas bagaimana faktor-faktor seperti gender dan genetika berperan dalam hubungan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com