"Sesekali berat badan mereka turun. Tapi enggak kelihatan gitu pada bayi, jadi lebih seperti berat badannya (bayi) sama terus, dan enggak naik-naik, lebih kayak mereka enggak ada perkembangannya. Begitu aja," ujarnya.
Hal lainnya juga perlu menjadi perhatian, yaitu saat anak sudah memasuki usia satu tahun yang seharusnya sudah mulai belajar jalan, tetapi dia tetap tidak bisa jalan bahkan baru mulai duduk.
"Terus enggak makan banyak, jadi bayinya kecil, ataupun kayak malnutrisi. Di situ Anda harus tahu, bayi Anda lagi enggak sehat," tuturnya.
Namun, ternyata ada hal lain yang selalu menarik bagi Vanessa yang juga menjadi penyebab bayi dan anak-anak susah sekali untuk didiagnosa lebih awal dan segera diobati, yaitu kekhawatiran orang tuanya.
Baca juga: Perencanaan Global Diharapkan Akhiri Epidemi TBC pada 2030
Kekhawatiran yang dimaksudkan Vanessa adalah banyak orang tua yang tidak berani mengatakan bahwa mereka orangtua mengidap TBC karena malu.
Saat orangtua mengalami TBC tapi tidak mau jujur, anak kecil yang tinggal bersama merekalah yang akan menjadi korban.
Anak-anak sangat mungkin tertular TBC.
Ironisnya lagi, banyak juga orangtua yang tetap menutupi gejala yang dialami si anak. Di mana anak justru dibiarkan tanpa pengobatan tepat.
"Emang susah bikin diagnosa TBC, makanya hanya sedikit anak-anak di dunia yang diobati," ucap dia.
Padahal, saat ini obat untuk TBC sudah banyak disediakan gratis oleh kebanyakan negara termasuk Indonesia. Jangan menunggu saat TBC tersebut telah mengalami resistensi obat TBC.
"Enggak ada alasan anak-anak harus mati karena TBC," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.