Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perencanaan Global Diharapkan Akhiri Epidemi TBC pada 2030

Kompas.com - 11/12/2019, 13:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tuberkolosis (TB) atau juga dikenal dengan TBC merupakan salah satu penyakit menular. Penyakit ini dinilai perlu diakhiri pada 2030 mendatang.

Namun, untuk mengakhiri epidemi TBC, butuh investasi serius berupa dana, sumber daya dan kemauan politik. Jika tidak begitu, maka angka kesakitan dan kematian dari TBC akan terus meningkat setiap tahunnya.

Stop TB Partnership meluncurkan rencana global yang diyakini dan ditargetkan akan mengakhiri epidemi TBC pada 2030. Kerjasama dalam program global plan ini diharapkan dapat berjalan sejak 2018-2022.

Disampaikan oleh Direktur Eksekutif Stop TB Partnership, Lucica Ditiu, hal ini tentang meluncurkan alat konkret dan pendanaan untuk mengimplementasikannya.

"Saya merasa kita akhirnya mulai mendapatkan apa yang kita butuhkan untuk mengakhiri TBC. Namun, ada jalan panjang yang harus ditempuh, meskipun kita harus yakin dengan cahaya pada akhirnya nanti," kata Ditiu di Jakarta, Selasa (10/12/2019).

Baca juga: Penyakit TBC, dari Penyebab, Gejala, Pengobatan, hingga Pencegahan

Hal ini diangkat kembali dari pertemuan Kepala Negara dan Pemerintahan yang berkumpul di PBB pada September 2018 lalu, dengan bahasan komitmen terhadap serangkaian target memerangi TBC.

Tidak seperti rencana lima tahun sebelumnya, global plan yang diperbaharui untuk 2018-2022 sengaja diselaraskan dengan kerangka waktu Pertemuan Tingkat Tinggi PBB (UNHLM), tentang target TBC dan memberikan perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai target ini.

Adapun global plan itu sendiri ialah seruan 2,6 miliar dollar AS per tahun untuk penelitian vital dan pengembangan alat diagnostik TBC baru, rejimen obat baru, dan vaksin baru. Selain itu, 13 miliar dollar AS per tahun untuk perawatan dan pencegahan TBC.

Ilustrasi TBCShutterstock Ilustrasi TBC

Dengan global plan yang baru, Stop TB Partnership juga meluncurkan permintaan terbesar untuk proposal senilai 2,5 miliar dollar AS untuk mendanai akar rumput sebagai bagian dari respons TBC serta perawatan TBC baru yang resisten terhadap obat ramah anak.

Jika global plan ini sepenuhnya didanai dan diimplementasikan, negara-negara akan mendapatakan UNHLM pada target pengobatan TBC yang ditetapkan untuk 2022.

Termasuk pencapaian 40 juta orang mendapatkan pengobatan TBC, 3,5 juta anak-anak, dan 1,5 juta orang dewasa mengidap TBC yang resisten terhadap obat.

Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Beda Gejala Kanker Paru dengan TBC

Sebaliknya, jika dilakukan penundaan lima tahun dalam meningkatkan pendanaan untuk penelitian dan pengembangan TBC, akan menyebabkan sekitar dua juta orang lebih banyak yang meninggal dunia dan 13,9 juta orang lainnya akan tertular atau ikut menderita TBC.

Dijelaskan oleh Kepala Stop TB Partnership Indonesia, Ir Arifin Panigoro, pengumuman ini dibuat di Indonesia karena menjadi salah satu dari tiga negara dengan beban TBC tertinggi di dunia setelah India dan Tiongkok. Bahkan ironisnya, hampir satu juta orang Indonesia terkena TBC setiap tahunnya.

Selain itu, kata dia, global plan ini juga dianggap memiliki keterkaitan Dalam Rencana Strategis Nasional 2016, Kementerian Kesehatan Indonesia yang berjanji untuk mengakhiri TBC di Nusantara pada tahun 2030.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau