Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Kenapa Hanya 44 Persen Perempuan Indonesia yang Periksa Payudara Sendiri?

Kompas.com - 14/12/2019, 20:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Walau pemeriksaan sendiri tidak lagi direkomendasikan sebagai strategi utama deteksi dini oleh WHO, negara-negara berkembang masih banyak berharap pada strategi ini. Riset di Singapura menunjukkan praktik Sadari secara rutin diasosiasikan dengan identifikasi kanker payudara pada stadium awal sehingga mengurangi angka kematian.

Pemeriksaan payudara sendiri merupakan cara mudah, murah, dan tak perlu bantuan tenaga medis untuk deteksi dini kanker payudara. Namun perlu dicatat bahwa deteksi dini kanker payudara - seperti praktik Sadari- harus segera diikuti dengan pemeriksaan medis oleh tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis dan terapi medis yang efektif.

Dalam konteks ini, mendeteksi kanker payudara secara dini pun menjadi cukup penting bagi kesembuhan pasien sehingga dapat mencegah kematian akibat kanker payudara.
Rekomendasi

Promosi kesehatan yang menjelaskan ihwal kanker payudara, gejala-gejalanya, cara pencegahannya, juga tingkat risiko dan kemungkinan bisa disembuhkan, perlu terus dikampanyekan lebih besar melalui beragam medium.

Langkah ini diharapkan dapat melawan pengaruh kultural seperti stigma negatif atau sikap pasrah “takdir Tuhan” terhadap kanker payudara yang dapat menghambat terbentuknya perilaku deteksi dini.

Menyadarkan pentingnya pemeriksaan payudara sendiri, dengan fokus pada manfaatnya, dengan menggunakan konteks dan budaya lokal kemungkinan besar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Ekspresi keengganan (misalnya karena merasa malu) tetap perlu diperhatikan dengan melibatkan fasilitator perempuan dalam mengedukasi masyarakat.

Triana Kesuma Dewi

Lecturer and Researcher, Faculty of Psychology, Universitas Airlangga

Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Riset: Hanya 44 persen perempuan periksa sendiri tanda kanker payudara, apa penyebabnya?". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com