Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2019: 5 Fakta tentang Potensi Tsunami Selatan Jawa

Kompas.com - 11/12/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Para ahli gempa telah membuat simulasi dan pemodelan untuk mengukur potensi gempa besar dan tsunami di selatan Jawa.

"Skenario (pemodelan) yang diambil adalah kemungkinan potensi gempa dan tsunami terburuk. Seperti di Selatan Jawa kemarin kami menemukan ada potensi gempa besar dengan magnitudo 8,8," papar dia.

Untuk melakukan pemodelan atau simulasi, Widjo dan tim ilmuwan lain memasukkan berbagai macam data ke komputer, sama seperti yang dibuat Jepang, AS, dan lainnya.

Data itu mulai dari kedalaman laut, sumber gempa, bagaimana mekanisme gempanya apakah termasuk gempa dangkal atau tidak, episenter gempa di mana, dan apakah termasuk sesar naik, sesar turun, atau sesar geser. Widjo mengatakan, parameter-parameter lain juga wajib dimasukkan.

"Dari data kemudian bisa dilihat apakah gempa besar dapat menimbulkan tsunami, jika iya tingginya berapa meter," jelas Widjo.

Dengan persamaan matematik tertentu, model ini juga bisa melihat gelombang air merambat ke arah mana saja dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke pantai.

"Nah di pantai tingginya berapa (tsunami), kemudian sampai di pantai berapa menit. Itu semua kita hitung dan ini simulasi ya," ujar Widjo mengingatkan.

Selain mencari potensi gempa dan tsunami, Widjo menuturkan para ahli juga melakukan kajian bila air masuk ke daratan kira-kira jauhnya berapa kilometer, dan lain-lain.

Dengan ahli membuat simulasi besaran gempa dan tsunami, hal ini akan membantu mereka mengetahui seberapa besar potensi tersebut.

Baca selengkapnya: Selatan Jawa Berpotensi Alami Tsunami, Begini Cara Ahli Menghitungnya

5. Potensi tsunami selatan Jawa dan legenda Nyi Roro Kidul

Eko Yulianto, pelacak jejak tsunami purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengemas potensi tsunami selatan Jawa dan dihubungkan dengan legenda Nyi Roro Kidul menjadi sebuah film dokumenter berjudul "The Untold Story of Java Southern Sea".

Eko menuturkan bahwa pencarian jejak tsunami raksasa purba dimulainya ketika melakukan penelitian di lapangan dua hari setelah tsunami Pangandaran pada 2006.

Pada saat itu, dia menemukan bukti pertama yang diduga endapan tsunami purba. Namun, dia tidak dapat mengambil sampel dan meneliti lebih lanjut.

Baru satu tahun kemudian, ketika Eko menemani profesornya yang berasal dari Jepang, sampel berhasil dibawa untuk diuji di Japan Nuclear Center. Hasil pengujian yang keluar pada 2 Desember 2017 dan menunjukkan bahwa tsunami terjadi sekitar 400 tahun yang lalu plus minus 30 tahun.

"Dari situ saya berpikir, seandainya benar 400 tahun itu tadi, maka saat itu di Jawa sedang ada apa. 400 tahun lalu secara kasar tahun 1600. Karena sejak kecil saya juga suka sejarah, saya masih ingat pelajaran-pelajaran dulu secara umum. Tahun 1600-an itu adalah kurang lebih awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam," ujar Eko.

"Lalu karena saya juga orang jawa, yang dibesarkan di Jawa dan masih mengalami masa ketika menonton sandiwara tradisional Jawa, ketoprak, dan sebagainya, yang saya ingat juga adalah hubungan antara raja-raja Mataram Islam dengan Ratu Pantai Selatan (Nyi Roro Kidul) sebagai sebuah mitos," lanjutnya lagi.

Baca juga: Potensi Tsunami Selatan Jawa, Bagaimana Kisah Nyi Roro Kidul Beri Petunjuk Kebenarannya?

Sumber: Kompas.com (Resa Eka Ayu Sartika, Yunanto Wiji Utomo, Gloria Setyvani Putri, Shierine Wangsa Wibawa).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau