"Untuk itu dalam ketidakpastian kapan terjadinya, kita semua harus melakukan upaya mitigasi struktural dan non struktural yang nyata dengan cara membangun bangunan aman gempa, melakukan penataan tata ruang pantai yang aman dari tsunami, serta membangun kapasitas masyarakat terkait cara selamat saat terjadi gempa dan tsunami," imbuhnya.
Daryono menyebut ini adalah risiko tinggal dan menumpang hidup di pertemuan batas lempeng.
"Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka inilah risiko yang harus kita hadapi," tutur Daryono.
Dia juga mengatakan, masyarakat tidak perlu cemas dan takut. Lebih lanjut, Daryono menyebut bahwa semua informasi potensi gempa dan tsunami harus direspons dengan langkah nyata dengan cara memperkuat mitigasi.
"Dengan mewujudkan semua langkah mitigasi maka kita dapat meminimalkan dampak, sehingga kita tetap dapat hidup dengan selamat, aman, dan nyaman di daerah rawan gempa," kata Daryono.
3. Mengungsinya bukan sekarang
Daryono menyatakan, warga memang mungkin perlu mengungsi suatu saat nanti jika terjadi bencana tetapi itu tidak perlu dilakukan sekarang.
"Untuk saat ini tidak ada yang perlu ditakutkan dan dikhawatirkan terkait tsunami," katanya.
"Sikap waspada harus dilakukan tetapi kami meminta masyarakat agar tidak terlalu takut dan khawatir berlebihan karena malah akan membuat tidak produktif."
"Gempa kuat hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya, di mana lokasinya, berapa kekuatannya. Kapan gempa terjadi belum ada yang tahu sehingga jangan mudah percaya isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya," ungkap Daryono.
Lebih lanjut, warga perlu memahami tentang definisi potensi tsunami. Potensi didasarkan atas sejarah dan perhitungan dengan angka deviasi lebar. Sementara, prediksi merujuk pada sesuatu yang hampir pasti akan terjadi pada waktu dekat.
Baca selengkapnya: Viral Potensi Tsunami Selatan Jawa, BMKG Tegaskan Mengungsinya Bukan Sekarang
4. Cara menghitung potensi gempa dan tsunami
Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengungkap, gempa besar dan tsunami tercatat pernah beberapa kali terjadi di Indonesia sejak ratusan tahun lalu.
Aktivitas lempeng tektonik bumi terus bergerak, dan Indonesia diapit oleh tiga lempeng tektonik. Sehingga, bukan tidak mungkin peristiwa gempa besar dan tsunami akan kembali terjadi.