KOMPAS.com - Indonesia masih harus berkutat dengan komplikasi kehamilan dan persalinan yang cukup besar, kondisi yang membawa dampak kesehatan bagi ibu dan bayi.
Prof Dr dr Noroyono Wibowo SpOG(K) dalam pengukuhannya sebagai guru besar Universitas Indonesia, di IMERI UI, Sabtu (16/11/2019) mengatakan, pertumbuhan janin terhambat atau terjadinya gangguan pada masa kehamilan akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup anak tersebut di kemudian hari.
Noroyono menyebutkan, kehamilan merupakan stress test untuk menguji ketahanan tubuh seorang wanita.
Jika ibu berhasil melewati masa kehamilan dengan baik, maka peluang untuk mengalami penyakit kardiovaskular dan metabolik di masa yang akan datang kecil.
Baca juga: Hamil Bayi Kembar Berisiko Lahir Prematur, Seperti yang Dialami Cynthia Lamusu
"Sebaliknya, jika terjadi komplikasi selama kehamilan, maka peluangnya untuk mengalami berbagai macam kelainan akan meningkat di masa yang akan datang," kata dia.
Dalam skala besar, kehamilan dan persalinan dengan komplikasi ini berdampak pada kualitas dan ketahanan sebuah bangsa, yang direpresentasikan dengan Human Development Index (HDI).
Saat ini, peringkat HDI Indonesia berada jauh di bawah negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Salah satu komponen HDI yang lekat dengan sektor kesehatan adalah angka harapan hidup, di mana Indonesia juga memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah dibanding tiga negara tersebut.
Kesehatan seorang ibu mempengaruhi kesehatan janin yang dikandungnya, baik secara fisik atau psikis.
Ibu yang memasuki periode kehamilan dalam kondisi tidak optimal, baik itu karena malnutrisi, infeksi, stres, atau pajanan zat beracun, besar kemungkinannya untuk melahirkan bayi yang tidak mencapai potensi genetik, fisik, dan kognisinya.
Siklus ini pun dapat terus bergulir dan membawa dampak yang lebih besar jika ibu kembali hamil dalam kondisi yang semakin buruk.
Hal yang sama juga bisa terjadi ketika perempuan memasuki masa reproduksi dalam kondisi yang tidak optimal, kemudian hamil dan melahirkan anak yang juga tidak mencapai potensinya.
"Selain beban kelainan fisik yang ditimbulkan oleh komplikasi kehamilan dan persalinan, beban lain yang harus ditanggung sebuah bangsa adalah meningkatnya prevalensi kelainan mental-emosional dan penurunan intelegensi," ujar Noroyono.
Tidak hanya itu, kelahiran prematur (preterm), preeklamsia, anemia ibu, dan diabetes mellitus pada kehamilan merupakan beberapa contoh komplikasi yang sering ditemui pada ibu hamil di Indonesia.
Data juga menunjukkan bahwa jumlah penderita gangguan mental-emosional di Indonesia, termasuk spektrum autisme dan skizofrenia, mengalami peningkatan.
Intelegensi sebuah bangsa diwakilkan dengan rerata IQ, dan saat Ini, rerata IQ Indonesia berada jauh di bawah Singapura dan Hong Kong.
Saat ini, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar, prevalensi penyakit tidak menular, seperti hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas semakin tinggi.
Hal ini tidak hanya berdampak besar pada generasi saat ini, namun juga pada generasi-generasi berikutnya.
"Berdasarkan fakta tersebut, jika tidak berhasil mengelola kehamilan, kelahiran, dan periode pasca salin pada ibu, janin, bayi, dan anak dengan optimal, maka berbagai komplikasi yang timbul akan berperan dalam semakin tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia," ujar dia.
"Hal ini berimbas pada semakin tingginya pengeluaran negara untuk membiayai terapi penyakit tersebut, yang pada akhirnya dapat berujung pada semakin menurunnya HDI Indonesia," imbuhnya.
Dari semua persoalan penyakit sebagai akibat dari gangguan pada masa kehamilan ataupun komplikasi, nyatanya sangat perlu sekali untuk dapat dicegah. Tetapi ini juga menjadi bagian dari tantangan yang harus dihadapi tim medis.
Salah satu tugas dokter fetomaternal adalah untuk melakukan upaya optimalisasi prekonsepsi, kehamilan, dan persalinan untuk mencegah komplikasi yang dapat berdampak pada kesehatan di masa yang akan datang.
Untuk diketahui, fetomaternal merupakan salah satu cabang dari bagian kandungan dan kebidanan (obstetri dan ginekologi).
"Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mempersiapkan dan mengawal kehamilan secara komprehensif, dibutuhkan sumber daya yang mahal, sehingga hal ini sulit untuk dilakukan di Indonesia," kata dia.
Dituturkan Noroyono, terdapat pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mewakili pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan, salah satunya pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi nutrisi ibu.
"Sayangnya, sebagian besar ibu hamil mengalami kekurangan nutrisi yang sangat penting pada tumbuh kembang janin kedepannya sampai dewasa," tuturnya.
Baca juga: Kasus Irish Bella, Waspadai Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil
Hal ini tentu saja patut untuk menjadi perhatian, untuk meningkatkan prioritas nutrisi sebagai variabel intervensi dalam pengelolaan kehamilan.
"Saatnya paradigma asuhan antenatal (asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konsepsi hingga awal persalinan) diperluas untuk dapat memberikan intervensi sedini mungkin, termasuk intervensi nutrisi pada awal, bahkan sebelum kehamilan," ujar dia.
"Disinilah ruang bagi kedokteran fetomaternal untuk mempersiapkan lahirnya insan kamil generasi terbaik bangsa, baik secara fisik maupun mental, yang dapat mencapai tujuannya diciptakan," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.