Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riau Dikepung Kabut Asap, 4 Alasan Ibu Hamil Dilarang Keluar Rumah

Kompas.com - 13/09/2019, 12:13 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Riau, diselumiti kabut asap pekat akibat dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Akibat kejadian ini, Pemerintah Provinsi Riau bersama jajaran lintas sektoral melarang ibu hamil, bayi, balita, anak usia sekolah, dan lansia melakukan kegiatan di luar rumah atau gedung.

Apa yang dilakukan Pemprov Riau ini didukung banyak riset yang membuktikan adanya berbagai masalah kesehatan pada ibu hamil dan janin akibat polusi kabut asap.

Untuk diketahui, bayi yang belum lahir juga sangat mungkin terpapar polusi udara. Dan berikut adalah 4 risiko yang bisa dialami bayi yang terpapar polusi:

Baca juga: Pekanbaru Dikepung Kabut Asap Pekat, Ibu Hamil hingga Balita Dilarang Keluar Rumah

1. Partikel polusi bisa capai plasenta ibu hamil

Pada September 2018, ilmuwan London untuk pertama kalinya membuktikan bahwa partikel polusi udara berupa karbon dapat bergerak melalui paru-paru ibu hamil ke plasenta.

Umumnya partikel karbon terbuat dari pembakaran bahan bakar fosil.

Studi yang terbit dalam jurnal Lancet itu menemukan, perempuan hamil yang menghirup udara tercemar, partikel jelaganya akan sampai ke plasenta melalui aliran darah.

Sebenarnya, ini bukan pertama kali penelitian dampak polusi udara terhadap janin dalam kandungan dikerjakan. Penelitian sebelumnya menghubungkan polusi udara dengan kelahiran prematur, berat badan rendah, gangguan pernapasan, hingga kematian bayi.

"Kami telah mengetahui untuk sementara bahwa polusi udara mempengaruhi perkembangan janin dan bisa terus mempengaruhi bayi setelah lahir dan sepanjang hidup mereka," kata peneliti dari Queen Mary University tersebut.

2. Merusak otak bayi yang sedang berkembang

Direktur eksekutif Unicef, Anthony Lake juga memperingatkan bahaya polusi udara pada bayi.

"Tidak hanya polutan membahayakan paru-paru bayi yang sedang berkembang, mereka dapat secara permanen merusak otak mereka yang sedang berkembang - dan, dengan demikian, masa depan mereka," tutur Lake.

3. Peningkatan risiko preeklamsia

Januari 2017, ilmuwan Denmark menemukan peningkatan risiko preeklamsia pada ibu hamil yang selalu terpapar polusi udara.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau