Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11.000 Ilmuwan Sepakat, Perubahan Iklim Sudah Darurat dan Global

Kompas.com - 07/11/2019, 09:03 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

Energi: Politisi harus mengenakan biaya karbon yang sedemikian tinggi untuk mencegah penggunaan bahan bakar fosil. Para politisi juga harus mengakhiri subsidi bagi perusahaan bahan bakar fosil dan menerapkan praktik konservasi besar-besaran sembari mengganti minyak dan gas dengan energi terbarukan.

Polutan berumur pendek: Ini termasuk metana, hidrofluorokarbon, dan jelaga - para peneliti mengatakan bahwa membatasi polutan-polutan ini ada potensi tren pemanasan jangka pendek dipangkas sebesar 50% selama beberapa dekade ke depan.

Alam: Hentikan pembukaan lahan, kembalikan hutan, padang rumput, dan hutan bakau yang semuanya akan membantu menyerap CO2.

Makanan: Perubahan pola makan besar diperlukan, kata para peneliti, agar orang-orang menyantap sebagian besar tanaman dan mengurangi konsumsi produk hewani. Mengurangi limbah makanan juga dianggap penting.

Ekonomi: Mengubah ketergantungan ekonomi pada bahan bakar karbon - dan berubah dari menumbuhkan produk domestik bruto dunia ke mengejar kemakmuran.

Populasi: Dunia perlu menstabilkan populasi global yang tumbuh sekitar 200.000 jiwa sehari.

Jadi siapakah para ilmuwan yang telah mendukung laporan tersebut?

Sekitar 11.000 peneliti di berbagai bidang dari 153 negara telah menyetujui penelitian ini.

Para penulis mengatakan mereka tidak menargetkan individu sehingga ada beberapa nama besar yang berperan dalam perubahan iklim yang absen dalam penelitian itu.

Rincian mengenai siapa saja yang menandatangani pengesahan kajian tersebut telah dipublikasikan secara daring.

"Kita mengalami peningkatan emisi, naiknya suhu, dan kita sudah tahu ini selama 40 tahun tapi kita belum bertindak - Anda tidak perlu menjadi ilmuwan roket untuk mengetahui kita memiliki masalah," kata Dr Newsome.

Apa yang diinginkan para ilmuwan terjadi sekarang?

Para peneliti muak karena berbagai konferensi iklim dan majelis telah gagal menghasilkan tindakan yang berarti. Namun mereka percaya bahwa gerakan aksi protes global yang berkembang menawarkan harapan.

"Kami mendapat dorongan semangat dengan adanya gelombang keprihatinan global baru-baru ini - pemerintah mengadopsi kebijakan baru, anak-anak sekolah mogok, proses hukum berjalan, dan gerakan akar rumput warga menuntut perubahan.

"Sebagai ilmuwan, kami mendesak penggunaan luas tanda-tanda vital dan berharap indikator grafis akan lebih memungkinkan pembuat kebijakan dan publik untuk memahami besarnya krisis, menyelaraskan prioritas dan melacak kemajuan."

Lalu bagaimana dengan pertumbuhan populasi manusia?

Gagasan untuk mempengaruhi pertumbuhan populasi manusia sangat kontroversial dan dianggap terlalu sulit ditangani oleh para juru runding PBB.

Para peneliti mengatakan bahwa mengabaikan persoalan ini tidak lagi menjadi pilihan.

"Ini tentu saja merupakan topik yang kontroversial - tetapi saya pikir populasi harus dibicarakan ketika mempertimbangkan dampak manusia terhadap Bumi," kata Dr Newsome.

"Sangat penting ketika menyajikan hasil ini untuk melihat beberapa hal positif, dan salah satu hal yang lebih positif yang kami tarik dari data ini adalah bahwa sekarang ada sedikit penurunan tingkat kelahiran di tingkat global."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com